Posts

Showing posts from 2015

Desember !

Aku menyebut ini sebagai daun dua pintu. Kenapa? Sebab apa-apa yang jatuh pada bulan ini akan menjadi penentu. Mari kita namai ini sebagai "pintu penyambutan" Aku membuka seluas-luasnya selamat datang. Aku tahu, ini menjadi sisi lain yang sangat diharapkan. Datang. Bertemu. Melepas rindu. Siapapun akan senang menyambutmu pulang. Lalu sebut juga sisi yang lainnya sebagai "pintu penutupan" Aku mengikhlaskan apapun yang sudah lama terabaikan. Tidak ada gunanya memaksakan. Lihatlah, nyatanya semesta juga tak berpihak pada kita bukan? Maka lebih baik, akan kusegerakan untuk tertutup. Agar yang akan terjadi selanjutnya, tidak ada seorangpun diantara kita yang tahu. Bulan ini rahasia. Juga menentukan segalanya. Desember.. Selamat datang, selamat jalan!

Let the beauty make their story

Image
Ikutan latah juga aaaah... Lagi ngehits tentang foto yang di bunga-bunga itu kan ya? Aku juga pernah kok. I did 'norak' at that time! Ini karena dulu aku memang belum pernah melihat bunga yang keceh-keceh, sekelas tulip, lily, maupun lavender misalnya, secara langsung. Yaa.. sebelas duabelas lah dengan 'mereka' saat ini yang juga lagi latah buat ' norak-norakan ' :D Dulu, sewaktu pertama kali aku punya kesempatan untuk bisa datang langsung ke kebun bunga-bungaan tadi, penyakit ' norak ' buat foto-foto ku memang langsung kambuh seketika. Makanya nggak terlalu heran waktu tahu antusias 'mereka-mereka' ini begitu luar biasanya terhadap keberadaan kebun bunga lily. Karena biasanya yang ada di fikiran saat itu cuma satu, "kapan lagi kan bisa foto sama bunga-bungaan sebanyak ini? lagi pula kesempatan itu nggak boleh di sia-siakan gitu aja. selagi bisa foto dengan keceh dan keceh banget, kenapa nggak kan?" Ya.. ya.. dulu aku juga berf...

Every change has their own time

Rangkain kalimat pada bab ketiga dari buku yang kubaca membuatku berhenti sejenak. Ada hal baru yang kudapat. Sebuah informasi. Sebuah tulisan yang juga menggugah ruang berfikirku. Apakah yang kualami saat ini memang seharusnya demikian? Should I... ?? "Aku sedang berusaha setengah mati memindahkan semua kenangan dari amygdala ke hippocampus . Mengubah emotional memories menjadi conscious, visual memories . Supaya setiap kali aku mengingatnya, aku hanya akan mengingatnya sebagai informasi, bukan yang memiliki ikatan emosional." - Critical Eleven - Kita, tidak hanya aku, pasti pernah berada pada tahap ini. Paling tidak sekali dalam seumur hidup, kita pernah berharap untuk menjadi lupa. Ingin merubah kenangan yang terikat bersama emosional, menjadi hanya sepintas informasi semata. Like nothing special, even though we know how hard it was for us . Sebab kita tahu bahwa melawan lupa sebenarnya tidak ada. Kecuali jika kita terkena Amnesia. Aku setuju dengan kalimat tersebu...

Menjadi baik

Aku tahu mengapa sampai saat ini Tuhan masih belum mau mempertemukan kita. Itu karena masing masing dari kita belum bisa menjadi baik. Bukankah kita telah sepakat untuk dipertemukan dalam kebaikan bukan? Ternyata kadar baik dari sudut pandang kita belum bisa membenarkan kebaikan di mata orang lain, apalagi di mata Tuhan. Usaha kita masih terlalu dangkal. Masih banyak hal-hal lain yang seharusnya membuat kita menjadi semakin baik, tapi kita biarkan lepas begitu saja. Dan sayangnya lagi, kita tidak benar-benar sungguh menyesali itu. Kita belum benar-benar baik. Itu sebabnya diantara kita masih menjadi rahasia bagi satu sama lain. Kamu belum pantas bertemu denganku. Bukan karena aku angkuh. Namun karena ternyata sesosok orang yang kamu harapkan baik rupanya, baik perangainya, juga baik akhlaknya ini, belum benar-benar menjadi demikian. Itu sebabnya aku masih harus terus belajar. Begitu pula aku. Aku takut dengan usahaku yang sudah sedemikian rupa untuk menjadi baik ini, masih...

Menemukan

Ini bukan menyerah. Yang kulakukan hanya bersikap pasrah. Sebab sekuat apapun usaha, kita tak pernah bisa lari dari takdirNya. Aku masih membuka laman itu sesekali. Memperhatikan apakah kamu masih berada di situ atau tidak. Memastikan apakah bait-bait ranting yang patah itu masih kamu tuliskan atau tidak. Sebab katamu, engkau tak pelaknya seperti itu. Rapuh, lalu patah. Aku tak ingin benar-benar membuatmu demikian. Karena jika kamu patah, maka akupun akan ikut patah bersamamu. Meski daun seringkali lebih dulu lepas dari rantingnya, namun aku sungguh tak ingin demikian. Aku ingin membantumu, aku ingin menyelamatkanmu. Menghindar dari pijakan kaki-kaki tak bertuan yang tak pernah mau tahu tentang kita. Tapi, menemukanmu itu kemustahilan. Aku seolah berjalan pada lorong gelap yang tak pernah ada ujungnya. Aku meraba-raba, berharap sesekali menemukan pegangan untuk sekedar beristirahat dari lelahnya perjalanan. Aku takut terjatuh, apalagi jika muaranya adalah cinta. Yang celakanya...

Bagaimana?

Bagaimana jika aku masih rindu? Pada banyak hal yang sudah membuatku sebiru hari ini. Bagaimana jika aku masih rindu? Pada ceritamu tentang daun kuning yang jatuh pada musim penghujan kali ini. Bagaimana jika aku masih rindu? Pada lukisan yang kau goreskan diatas kanfas langit kesukaanku saat ini. Bagaimana jika aku masih rindu? Padamu yang masih saja enggan pulang hingga kini. Bagaimana jika akhirnya, aku telah kehilangan banyak hari karena rindu ini?

Pagi ini

Hari ini masih pagi, saat belasan orang-orang dengan tujuan yang sama duduk di ruangan dengan tumpukan buku-buku tebal di sekelilingnya. Begitu juga aku, menjadi salah atu dari mereka. Belasan rak-rak yang berdiri kokoh dengan buku-buku tebal seolah menjadi saksi bisu yang menyaksikan kami, yang datang dan pergi silih berganti. Terkadang dengan rupa yang sama, atau yang hanya sesekali berkunjung demi sebuah referensi. Terdengar obrolan kecil dari beberapa orang bersama sahabatnya. Ada pula yang dengan konsentrasi penuh memperhatikan lembar demi lembar kertas yang sedari tadi di baca sambil mengerutkan dahinya. Sepertinya perjuangan seperti ini terasa melelahkan. Sepertinya.. Entah apa yang ada di benak mereka saat ini. Toh akupun bukan seorang ahli nujum yang pandai membaca fikiran banyak orang. Alih-alih membaca, aku justru memperhatikan satu-persatu diantaranya. Menerka bahwa sepertinya pusingku saat ini juga tengah mereka rasakan. Ditengah hening yang berusaha kami ciptakan...

Bersumpahlah pada Ibumu, sebelum negaramu !

Teruntuk para pemuda yang pernah menjadi seorang anak, kakak, atau adik, kita pasti pernah melewati fase ini ! Terlahir sebagai anak sulung, bukan berarti aku tahu setiap tumbuh kembangnya para adik-adik kecilku itu. Karena nyatanya, selalu saja ada alasan yang menjadikan aku menjadi seorang kakak yang 'gagal' untuk selalu berada di sisi mereka, bahkan sejak mereka lahir. Dulu, saat adik pertama hadir, aku tengah berada di kelas empat sekolah dasar. Masih belum mahfum sama hal-hal yang berkaitan dengan dunia persalinan. Yang aku tahu saat itu hanya satu, aku punya adik ! itu saja. Aku nggak pernah tau dan mau perduli gaimana proses keluarnya makhluk mungil bernama manusia itu ke dunia. Seakan-akan semua terjadi begitu saja. Fiolaaa.. Lalu ada. Pengetahuanku masih amat sangat cetek dan maha pendek untuk menerka-nerka saat itu. Sebab nyatanya, sepulang dari sekolah, aku haya bergegas lari menuju klinik bersalin tanpa memperdulikan yang lain. To much happy for to be a sister...

Lukisan Bulan Oktober

Aku masih duduk di bawah pohon ini. Pohon yang sama saat gerakan tangan sang pelukis itu menari-nari. Masih dalam posisi yang sama, juga masih dengan tujuan yang sama. Coba kamu rasai tempat duduknya, masih hangat bukan? Kabarnya, angin sudah bertiup jauh lebih kencang sekarang. Menggugurkan dedaunan kuning yang terbiasa jatuh menimpa kita. Merontokkan bahkan pada setiap inci keindahan musim gugur tahun ini. Aku masih enggan beranjak kemana-mana. Masih di sini, tepat di hadapan kanfas langitmu. Sungguh, kamu masih bisa mendapatiku dengan jilbab biru itu seperti biasanya. Tapi.. Bagaimana dengan lukisanmu nanti? Waktu sudah membawa kita di penghujung Oktober saja. Aku rasa, hujan akan segera turun lebih sering. Kita bisa kehujanan. Kita bisa kedinginan, bahkan demam. Kamu tidak berniat membuat kita sakit kan? Sebab jangan sampai tetesan air yang jatuh nanti akan menjadi sesuatu yang dipersalahkan. Kecuali jika kamu memang menginginkannya. ...

Ceritanya gagal traveling

Beberapa minggu yang lalu aku coba iseng-iseng buat ngecek harga ticket pesawat untuk penerbangan internasional dari kota Pontianak ke Kuala Lumpur. Niat awal memang hanya cuma ngecek. Cuma mau liat-liat aja segala macam ini dan itunya. Maklum, udah terhitung tahun juga ternyata nggak berurusan sama mesin yang bisa terbang ini. Takutnya norakku jadi kambuh lagi. wong ndeso ! Malam itu, udah tengah malam memang. Nggak tau ada angin apa, saat orang-orang rumah juga udah terdengar bunyi ngoroknya, aku justru masih menyegarkan mata di depan laptop. Setelah berpusing ria dengan urusan yang menyita otak buat berfikir, akhirnya aku benar-benar angkat tangan. Seraya ngomong sama diri sendiri, It's to much, time to break girl ! Belajar ngomong sama diri sendiri dulu sebelum ada yang ngingetin beneran. Hahahasem. Niat awal memang benar-benar ingin menjajal rute penerbangan baru di kota ini. Sebab ada semacam kebanggaan dan kelegaan tersendiri pas tahu kalau awal tahun lalu bandara Supad...

Sidang dan Blogwalking

Mohon maaf kepada diri sendiri yang sebesar-besarnya karena telah melanggar janji diri untuk tidak nge-blog selama masa ' bulan madu ' bersama tugas akhir ! Tulisan ini didedikasikan atas dasar nggak-tahan-untuk-tetap-diam selama masa perjuangan ini berlangsung ! Oke, lupakan sejenak dari rutinitas bergadang menghadap teori-teori yang ada. Karena mau dipaksain segimanapun, menulis di sini akan terasa jauh lebih indah dan apa adanya. Nggak perlu melihat data, nggak perlu mantengin laptop sampai mata jadi sipit ( memang udah sipit sih ), dan yang pasti nggak perlu buka google translate ! Intinya, I'm happy to be free. Yuhuuuuu.... Akhir-akhir ini aku memang selalu berkutat dengan dunia yang sama setiap hari. Tipikal anak kuliahan tingkat akhir yang sok sibuk mengejar cinta, eh deadline ding ! Jadi karena sudah hampir setiap hari mengerjakan hal yang sama dan berulang terus, I'm getting bored already ! Apalagi kalau harus ditambah dengan puasa nulis di sin...

#BLUE: The third options

Matanya tidak bisa dibohongi. Sudah dari tadi aku memperhatikan kakak perempuanku itu dari sudut kursi ruangan ini. Semenjak pulang dari rumah temannya tadi, Aku menangkap ada yang kurang beres dengannya. Ingin segera bertanya namun selalu kuurungkan. Kakakku ini memang lumayan susah untuk diselidiki, apalagi jika ditanyai tentang perihal yang begitu privasi menurutnya. Jalan satu-satunya untuk bisa tahu apa yang sebenarnya terjadi hanyalah menunggu untuk menemukan waktu yang tepat, atau, menunggu sampai ia sendiri yang akan berbicara. " Kamu kenapa ngeliatin kakak begitu? ". Tiba-tiba ia tersadar jika sedari tadi aku mencoba untuk lebih memperhatikannya, dengan diam-diam. " Habis nangis kak? matanya sipit gitu. Lagian kalau udah sipit jangan dibikin tambah sipit lagi kenapa? ". Setengah meledek aku bertanya kepadanya. " Iya nih, bentar lagi bakalan resmi jadi amoy Singkawang deh kayaknya ". Tanpa tawa khas candaan yang biasa ia berikan, ia menjawab...

#BLUE: The heart wants what it wants

" Akan berapa lama? " Aku bertanya penuh selidik pada sahabatku. " Satu tahun. dan kini sudah tiga bulan semenjak kali terakhir aku mengetahuinya baik-baik saja " " Kamu tahu dimana dia sekarang? " Ia menggeleng. Helaan nafas berat itu terdengar menyertai betapa khawatirnya perasaan itu. Setidaknya itulah yang terlihat olehku. Apa yang lebih berat dari berharap kepada yang tidak bisa memberi pengharapan. Apa yang lebih sakit dari ketidakjelasan pada kepastian. Aku memperhatikan raut wajahnya. Meski terlihat tegar, aku tahu betapa rapuhnya hati sahabatku kali ini. Ia yang tak pernah ingin menangisi apapun dalam hidupnya, nyatanya kalah juga. Bulir-bulir bening itu mulai muncul di penghujung mata sipitnya. Aku tahu hatinya sudah berkata lain dengan lidahnya. Sungguh ia bukanlah seorang pembohong yang handal menyembunyikan perasaannya. " Boleh aku memelukmu? " Ia bertanya seketika. Akupun mengangguk, mempersilahkannya untuk menumpahkan s...

Surprise !

I'm shocked at the moment ! Can't talk, can't write, can't breathe with a normal. After a long month, my heart is beating faster more than usual. Like pounded by kilograms of something on my body. What a surprise?? How dare you to make me smile and cry in the same time. If you asking me why? The blue girl over here just too happy to know you still standing over there, alive. Thanks to wake me up when September has end :)

Taxi Experience in Cassablanca

Image
I was traveling by taxi somewhere in Moroco. It is my first trip to a country I believe I didn't know how it will be looks like since I choose this country rather than Italy for my last year in Europe two years ago. I was thinking that everything will be a simple things, like my usual trip for being a solo traveler in Europe. Even thought riding taxi is my last choice, of course I thinking of the unbelievable charge they usually gave for a tourist. But I don't has any idea to get my saving time on limit in that day. The man who sitting in front of me, as a taxi driver, asked about my direction. But poor me for being a stupid girl who didn't understand what he talked about. He used an Barbar language, a national language in that country I thought. It's heard like an Arabic, but it's not. So I tried to used my basic Arabic words that I ever learned when I was in junior high school. "Azhabu ilaa Hasan Tsani, ya Shodiqi". That man was laughing on me. ...

Menuju Padaku

Boleh tidak aku meminta jika daun yang jatuh itu hanya menuju padaku saja? Tidak boleh mengenai orang lain. Juga tidak menjadi pengganggu orang lain yang memang tak menginginkannya. Aku ingin menjadi orang yang paling berbahagia. Meski dengan hal sederhana, akulah orang yang akan selalu tersenyum karenanya. Sebab ia selalu mengingatkanku padamu, yang karenanya membuatku terbiasa denganmu.  Bisakah aku meminta padamu? Tetaplah menjadi autumnku. Yang senantiasa menguning meski musim itu tidak akan pernah hadir di sini. Yang akan senantiasa jatuh meski terpaan suhu tak pernah menurun dan membuatnya gugur menimpaku. Kamu akan menjadi alasannya. Kamulah yang akan selalu kumintai bersama di setiap terpaan angin itu menjatuhkannya. Kamu akan menjadi daun itu. Bisakah kamu menuju hanya padaku saja?

Sepatu - Waktu

Hari itu masih pagi seingatku, saat kabut asap masih betah berlama-lama menyelimuti kota matahari kami. Aku dan sahabat baikku Ocie yang tengah hamil besar bergegas menuju kampus, tidak mau ketinggalan untuk sebuah acara pelepasan kami ke medan tempur di penghujung masa perkuliahan. Dandanan kami rapi dan tidak biasa, atau.. lebih tepatnya hanya aku yang terlihat seperti itu. Dengan almamater biru yang melekat di badan, padanan warna hitam sebagai setelan dalamnya, juga sepatu dengan hak tinggi beberapa cm yang "amat sangat tidak pernah kugunakan" sebelumnya. Akhirnya hari itu resmi kutanggalkan status ke-baruan-nya. Bahkan, stempel harga 19,95 euro itupun baru aku lepas setelah beberapa tahun yg lalu kubeli di tanah Eropa. Hmm.. sudah lama juga ternyata barang itu hanya menjadi pajangan. Karna jujur, aku bukanlah tipikal perempuan penyuka sepatu jenis ini. Bukan sama sekali ! Aku masih ingat saat pertama kali membelinya disalah satu toko yang ada di sudut kota Zwolle. Sa...

Half of wish

Kami menghabiskan waktu hampir satu jam untuk berbicara. Tidak secara langsung tatap muka memang, hanya via telpon yang mempertemukan semuanya dengan suara. Tapi kurasa, itupun cukuplah untuk sejenak melepas rindu dari 2 tahun yang berlalu. Iya, hari itu kami lebih banyak bercerita tentang kehilangan. Mengapa aku merasa bahwa aku telah kehilangan greget akan sesuatu ya? Tanyaku tanpa basa-basi. Sama. Itu jawabmu. Aku juga merasakan ada yang telah hilang dari semangatku mencapai sesuatu. Lalu kita terdiam sejenak. Seolah sama-sama mencari jawaban dari sebab kehilangan yang entah itu apa. Kamu tahu, aku telah meluangkan ini dalam postingan terakhirku. Aku telah bercerita bukan hanya pada diriku sendiri. Mereka yang telah membacanya pastilah tahu betapa gundah gulananya aku saat ini. Tapi entah, aku masih belum merasa lega. Aku masih merasa ada sesuatu yang menyangkut pada semangat dan gairah akan sesuatu itu. Aku belum merasakan perubahannya. Pun aku yang saat ini tengah bercerita...

Lost !

Roda kehidupan itu cepat sekali berputarnya. Serius ! Nggak main-main, banyak sekali hal-hal yang sudah kita lewatkan dengan begitu saja tanpa kita sadari. Dari hal-hal kecil yang terkadang kita remehkan, hingga hal-hal besar yang mati-matian kita perjuangkan. Dari yang dulunya pernah merasa di posisi up of the world, maupun sebaliknya. Tidak ada yang benar-benar tinggal tetap memang. Kesuksesan, kejayaan, kesedihan, pun juga perjuangan yang tengah kita hadapi saat ini adalah bagian dari siklus roda kehidupan itu sendiri. Beberapa waktu belakangan ini, aku sering membuka kembali catatan perjalanan yang pernah kulakukan di dua tahun yang lalu. Catatan hasil dari jerih payah perjuangan yang tidak tanggung-tanggung. Hasil dari keputusan bulat meninggalkan dunia kampus dan menapaki dunia pada benua yang baru. Dua tahun yang juga telah berhasil mengantarkan kembali pada ingatan bahwa aku pernah berada di posisi "menikmati hasil kerja keras yang sudah diperjuangkan dengan amat sangat...

Diam-diam

Entah mengapa, aku merasa jika saat ini kamu tengah membaca tulisan ini. Baik itu secara diam-diam, atau dengan rasa penasaranmu yang membuncah hebat. Bertanya sedang apa aku sekarang, atau bahkan sibuk menerka-nerka bagaimana aku sekarang. Kamu mencari waktu-waktu luang, saat perasaanmu tengah dikalahkan oleh biru atau rindu. Mungkin pada suatu senja di sore hari, saat kepakan burung-burung mulai riuh rendah berterbangan menuju sarangnya. Saat matahari jingga juga tengah cantik-cantiknya. Kamu mengingatku. Atau pada malam yang sudah semakin pekat, matamu masih tak ingin terpejam cepat, sebab fikirmu masih menuju jauh kesini. Kamu tetap mengingatku. Lihatlah, bukan aku yang menyiksamu, tapi dirimu sendiri. Pun begitu juga denganku. Bukan kamu yang membuatku gelisah tak tentu, tapi juga diriku sendiri. Kita adalah orang-orang yang bertanya dan menjawab pertanyaan itu sendiri. Kita jugalah yang masih selalu menerka-nerka pada jawaban yang sebetulnya sudah kita tahu dengan pasti. Ya, k...

K.K.L

Image
Selamat datang September ! Selamat datang kembali untukku ! Seperti menemukan muara yang sudah cukup lama ditinggalkan, meski sebenarnya tak benar-benar di tinggalkan. Aku kembali, pada layar mungil dengan latar biru dibelakangnya. Aku kembali berjumpa dengan tempatku berbeagi cerita. Ingin membaca ceritaku satu bulan ini? Rasanya terlalu banyak untuk dibagikan setiap detilnya disini, toh aku sendiri sudah menyalinnya pada lembar-lembar kertas putih yang selalu kutulisi hari perharinya. Aku masih menceritakan banyak hal disana. Setiap kejadian, setiap kegiatan, setiap rindu dan kehilangan yang menghampiri tanpa jeda. Seperti kali ini, pun masih kurasakan perasaan yang sama untuk bisa membagi banyak hal atau sekedar mengingatnya kembali. Aku telah pulang. Aku kembali pulang dari meninggalkan desa kecil di ujung Kalimantan Barat. Lucunya lagi, nama desanya juga hampir sama, Kalimantan. Pesisir kabupaten Paloh itu telah banyak mengajariku banyak hal. Ada banyak waktu yang telah dilewa...

The only August

I thought it will be my only post for this month. Since I knew that writing is a part of my way to show everything up, to be honest too, and of course to communicated with other, I felt that being quit for this routine even one month will be hard for me. That's the consequence of my obligation ! I'll stay in another village called Kalimantan, Paloh to stints as a student. A small village with a limited access. Even I didn't have any idea before about how the location was, hope everything will going well during my entire stay with 16 group's. Actually the duration of this activity will be take for 34 days. It started from August, 3th till September, 7th. So, during that times I surely can't post anything in this blog until I get the signal. But that's not mean I will stop my writing. No. I still writing, but in another place called book. Looks already familiar with this situation, huh? * Yes, I'll know how the feel like you.

Untuk perempuan seusiaku

Akhir-akhir ini aku sering menjumpai banyak masalah yang sama dari beberapa tulisan yang kubaca. Entah itu dari penulis laki-laki, ataupun perempuan. Keduanya sama-sama sedang akrab menuliskan cerita 'ini'. Keduanya juga tengah dihadapkan pada kegalaun yang sama akan hal 'ini'. Begitupun aku, yang tanpa sadar juga diajak untuk memikirkan permasalahan yang sama tentang hal 'ini'. Mungkin kami tengah berada pada rentan umur yang sama, atau sebutlah berada pada fase yang sama saat ini, sehingga sadar atau tidak, apa yang sering kami perbincangkan kini menjadi suatu keseragaman yang tidak disengaja. Kami dan beberapa teman seperjuangan sepakat menyebutnya sebagai Quarter Life Crisis. Ini adalah suatu tahap dimana tingkat kegalaun, kekhawatiran, keraguan akan sesuatu tengah berada pada puncak tertingginya. Rasa was-was kami menjadi semakin berlipat-lipat. Takut pada apa yang sedang dihadapi atau akan dihadapi menjadi lebih besar porsinya. Padahal sesuatu yang t...

Kota ini

Di kota ini, pernah ada seseorang yang begitu ingin untuk menetap tinggal. Entah itu dalam waktu yang lama, atau hanya beberapa hari saja, sekedar melihat-lihat demi menuntaskan rasa penasarannya. Kota ini tidak ramai sebenarnya. Jalanan utamanya tak sampai menimbulkan macet yang luar biasa. Objek wisatanya juga tidak seberapa jika dibandingkan dengan kota-kota lain yang lebih mampu menyedot wisatawan dari berbagai negara. Tapi seseorang ini, entah mengapa begitu ingin menginjakkan kakinya di sini. Pernah ia berteriak dengan suara lantang bahw suatu hari nanti ia akan terbang ke Kalimantan. Entah perkara apa yang sebenarnya diinginkan, hanya ia dan Tuhan yang tahu. Lalu, harap dan do'anya terjamah dengan kenyataan. Pintanya untuk bisa datang ke kota ini telah terjawab bahkan dengan hitungan tahun. Allah mencintainya. Lama ia menetap dan mengadu nasibnya di sini. Ia jumpai rupa-rupa orang, budaya, dan bahasa yang berbeda. Ia belajar banyak hal baru dari tanah khatulsitiwa. Amat b...

Tiga perkara

Perihal apa lagi yang lebih menghawatirkan dari ketiga perkara rahasia Tuhan yang tak seorangpun bisa mengetahuinya? Aku rasa tidak ada. Di dunia ini, sudah cukuplah azal, rezeki, dan jodoh yang selalu saja mampu membuat kita bertanya-tanya. Kapan, dimana, berapa, bagaimana, dengan siapa. Cukuplah ini saja yang membuat kita selalu gelisah sehingga menjadikan diri mau untuk terus berbenah. Berbenah menjadi lebih baik, berbenah menjadi lebih siap, berbenah menjadi lebih ikhlas. Jumlahnya memang tak banyak. Namun kurasa, juga kamu mungkin, ketiganya sungguhlah perwujudan dari pertanyaan besar dalam hidup kita masing-masing. Sebagai satu dari miliaran manusia di muka bumi ini, kita pasti pernah mengalami masa-masa khawatir menjemput ketetapan akan ketiga perkara tadi. Perasaan ini dibawa untuk selalu penuh dengan tanda tanya. Terkadang, tak jarang kita juga mengeluh jika salah satu, atau hanya dua mungkin, yang sampai saat ini belum menemui muara jawabannya sedangkan hati ini sudah dibu...

Menjaga Diri

Jauh sebelum aku menegasakan bahwa ini adalah bentuk dari menjaga diri, aku ingin mengucapkan terima kasih kepadamu. Kamu yang saat ini tengah melatih rasa sabar. Kamu yang saat ini tengah menjaga jarak sebelum semuanya menjadi halal. Meski bentuk sabar selalu berdampingan dengan waktu, dan rupa waktu selalu sejalan dengan ketetapanNya. Terima kasih untuk mengenalkanku pada banyak bentuk penjagaan. Menjaga dari apa yang kini tengah tumbuh, hendak memekar, lalu menebarkan harum wewangiannya, namun masih harus terhalang dengan sebuah kata 'penjagaan'. Sesuatu yang juga kita tahu bahwa dalam menjaga, akan ada usaha yang tidak mudah disebaliknya. Terima kasih untuk meyakinkanku bahwa arti 'Kamu' atau 'Aku' bukanlah menjadi yang pertama. Sebab mulai saat ini, kita tengah belajar memahami bahwa Allah lah yang sepatutnya diutamakan, bukan kita. Pun jika riuh rendah suara orang-orang nanti mulai memperbincangkan banyak hal tentang ini, semoga Dia masih mau meny...

Kesiapan

Mengenalmu itu memberiku banyak pelajaran tentang arti kesiapan. Entah kesiapan yang kamu ciptakan sendiri, atau lewat perantara tangan-tangan Tuhan. Aku jadi paham, bahwa siap dalam arti kata sesungguhnya adalah sama maknanya dengan mengikhlaskan, berserah diri akan ketetapan apapun yang akan kutemui di depan sana. Kesiapanku juga berarti meredam pada apa-apa yang sebenarnya kuinginkan, namun Tuhan berkata 'belum' atau bahkan 'jangan'. Kini aku hanya harus lebih akrab dengan banyak bentuk kesabaran dan percaya. Mungkin pada banyak harapan yang kutanam selama ini telah salah mengambil tempatnya. Porsiku pada hati telah melebihi kadarnya dari harapku kepadaMu. Oh Allah.. maafkan kelancanganku. Namun jika masih Engkau terima pintaku, berilah rasa siap yang berlipat-lipat. Agar saat semuanya tak berjalan sesuai harap, aku tak akan menyalahkan siapapun. Kamu, yang kini namanya sudah mulai akrab di telingaNya.

Sesuatu dengan hati

Sesuatu yang ditulis dengan hati, maka akan sampai ke hati pula. Sesuatu yang dilakukan dengan hati, maka ia juga akan menyentuh ke hati pula. Bohong jika kamu tidak merasakannya. Ada banyak hal yang telah kamu pahami sejauh ini. Tentang ia yang teramat menyukai biru, tentang ia yang akan selalu tersenyum setiap daun kuning itu jatuh berguguran, juga tentang banyak rahasia kecil yang diam-diam kamu simpan sendirian. Kamu tahu, di dunia ini ada saja yang dengan bisunya menyimpan perihal kecil yang tak ingin diketahui oleh orang. Perihal kecil itu biasanya kamu sembunyikan juga dengan hati. Padahal, jika kamu mau sedikit saja berterus terang, ia tak akan membuatmu merasa sesak. Kamupun juga akan lebih leluasa untuk bersikap. Sesuatu itu bernama kejujuran. Jujur yang juga kamu akui dengan hati. Mungkin ribuan kilometer yang telah mengungkap jarak kali ini juga merupakan cara Tuhan menunjukkan kejujuranNya. Bahwa masing-masing diantara kita masih terhalang sekat. Tapi apalah ar...

AU PAIR

Image
Postingan kali ini sengaja diberi judul dengan amat sangat tegas dan jelas mengenai AU PAIR . Kalian pernah dengar sebelumnya? Saya yakin diantaranya pasti sudah. Ada yang diantaranya sudah sangat akrab, baru-baru dengar, atau justru baru tau setelah nggak sengaja membaca postingan ini. Syukur-syukur kalian menemukannya pada deretan teratas pada mesin pencari google. Ehehe :) Oke, semakin kesini, semakin banyak orang-orang yang mulai curious tentang apa sih Au Pair itu sebenarnya? beberapa diantaranya ada yang langsung comment pada postingan saya, ada yang kemudian meminta email buat tanya-tanya, dan ada juga yang langsung menemukan saya di facebook dan mengirimkan message ke inbox langsung. *Widiiiiih... hebat banget ne usahanya temen-temen semua ^^ Nah, kebanyakan dari mereka ini biasanya pernah mendengar dari teman sebelumnya, nggak sengaja baca, atau nggak sengaja juga melihat postingan foto-foto orang Indonesia yang lagi main bareng anak-anak bule atau yang lagi jalan-jalan ba...