Menjaga Diri
Jauh sebelum aku menegasakan bahwa ini adalah bentuk dari menjaga diri, aku ingin mengucapkan terima kasih kepadamu. Kamu yang saat ini tengah melatih rasa sabar. Kamu yang saat ini tengah menjaga jarak sebelum semuanya menjadi halal.
Meski bentuk sabar selalu berdampingan dengan waktu, dan rupa waktu selalu sejalan dengan ketetapanNya.
Terima kasih untuk mengenalkanku pada banyak bentuk penjagaan. Menjaga dari apa yang kini tengah tumbuh, hendak memekar, lalu menebarkan harum wewangiannya, namun masih harus terhalang dengan sebuah kata 'penjagaan'. Sesuatu yang juga kita tahu bahwa dalam menjaga, akan ada usaha yang tidak mudah disebaliknya.
Terima kasih untuk meyakinkanku bahwa arti 'Kamu' atau 'Aku' bukanlah menjadi yang pertama. Sebab mulai saat ini, kita tengah belajar memahami bahwa Allah lah yang sepatutnya diutamakan, bukan kita. Pun jika riuh rendah suara orang-orang nanti mulai memperbincangkan banyak hal tentang ini, semoga Dia masih mau menyelamatkan kita dengan segera.
Terima kasih untuk membantuku menunggu dengan caraNya. Sebab sekarang kita sama-sama sadar, ada begitu banyak kesibukan yang tengah berdiri menantang kita. Menguji seberapa mampu kita bertahan dalam penantian, dan melatih seberapa kuat kita bisa bertahan melaluinya.
Aku yang menunggu waktumu lebih luang, dan kamu yang menunggu waktuku lebih tepat.
Terima kasih untuk mengajakku menjaga diri. Entah bagaimana caranya, akan kucari tahu mulai saat ini. Sebab aku akan belajar menjagamu dari perasaanku yang sedemikian rupa, juga dari keinginanku yang entah seperti apa hebatnya. Semoga Allah masih mau menerima do'a-do'aku. Karena kini, ada namamu yang kuhadirkan kepadaNya.
Terima kasih untuk membawaku berjuang sejauh ini. Melawan diri kita masing-masing, menghadapi ujian satu sama lain. Semoga pada ujung perjalanan membunuh waktu nanti, akan ada kita dalam bentuk yang telah berbeda. Kita yang lebih kuat. Kita yang saling menjaga.
Comments
Post a Comment