Every change has their own time

Rangkain kalimat pada bab ketiga dari buku yang kubaca membuatku berhenti sejenak. Ada hal baru yang kudapat. Sebuah informasi. Sebuah tulisan yang juga menggugah ruang berfikirku. Apakah yang kualami saat ini memang seharusnya demikian?
Should I...??

"Aku sedang berusaha setengah mati memindahkan semua kenangan dari amygdala ke hippocampus. Mengubah emotional memories menjadi conscious, visual memories. Supaya setiap kali aku mengingatnya, aku hanya akan mengingatnya sebagai informasi, bukan yang memiliki ikatan emosional." -Critical Eleven-

Kita, tidak hanya aku, pasti pernah berada pada tahap ini. Paling tidak sekali dalam seumur hidup, kita pernah berharap untuk menjadi lupa. Ingin merubah kenangan yang terikat bersama emosional, menjadi hanya sepintas informasi semata. Like nothing special, even though we know how hard it was for us. Sebab kita tahu bahwa melawan lupa sebenarnya tidak ada. Kecuali jika kita terkena Amnesia.

Aku setuju dengan kalimat tersebut. Sebab benar, aku juga bukan manusia munafik yang sering kali tidak terbawa perasaan pada beberapa kejadian. Ada hal-hal yang ingin sekali kulupakan, namun nyatanya itu tak semudah yang dibayangkan. Mungkin karena aku masih sering menganggap 'sesuatu' itu ke dalam amygdala, masih menganggap bahwa why it took so hard to work?, masih pula menganggap bahwa I'll be fine in this situation, tanpa aku sadari bahwa aku masih membiarkan 'sesuatu' itu terikat bersama perasaanku sendiri.

Tapi, merubah 'sesuatu' untuk berpindah tempat dengan segera itu juga mustahil. Aku perlu waktu. Aku juga perlu membiasakan untuk menerima situasi yang baru. Aku perlu bersusah payah terlebih dahulu, terjatuh beberapa kali, berdamai dengan kenangan, hingga harus terbiasa pada sesuatu yang dulunya pernah kuanggap spesial. Everything looks being something.

Aku mulai merancang perubahan. Mencoba untuk menjadikan 'sesuatu' itu ke dalam hippocampus pada ruang kerja otakku. Mencoba untuk melihat biru seperti sebelumnya, saat aku tengah jatuh cinta pada biru yang sesungguhnya tanpa mencampurkan 'sesuatu' menjadi bagiannya. Saat aku juga terbiasa menyaksikan daun kuning yang gugur tanpa harus tersenyum, karena 'sesuatu' itu dulu pernah menjadi bagiannya pula. Saat aku juga selalu mengagumi senja tanpa ada alasan apapun di sebaliknya.

Aku ingin belajar memindahkan. Aku ingin berusaha dengan sekuat yang aku bisa. 'Couse I'm abandoned ! Dan kita sama-sama tahu, menjadi pihak yang dibiarkan untuk berjuang sendiri itu tidak mudah. Terlebih jika yang ingin dituju sudah menjadi semakin samar terlihat.

Kini aku menutup lembaran buku tadi. Mencoba untuk keluar dari dalam alur cerita yang dimainkan oleh sang penulis. Hingga aku tersadar bahwa kini, fikiranku telah menjalar liar. Dengan sedikit tarikan nafas yang terasa berat, aku bertanya pada diriku sendiri.

Am I ready to change you from amygdala?

Comments

Popular posts from this blog

AU PAIR

Words of affirmation

Turkey, dan Yang Perlu Kamu Tahu !