Let the beauty make their story
Ikutan latah juga aaaah...
Lagi ngehits tentang foto yang di bunga-bunga itu kan ya?
Aku juga pernah kok. I did 'norak' at that time! Ini karena dulu aku memang belum pernah melihat bunga yang keceh-keceh, sekelas tulip, lily, maupun lavender misalnya, secara langsung.
Yaa.. sebelas duabelas lah dengan 'mereka' saat ini yang juga lagi latah buat 'norak-norakan' :D
Dulu, sewaktu pertama kali aku punya kesempatan untuk bisa datang langsung ke kebun bunga-bungaan tadi, penyakit 'norak' buat foto-foto ku memang langsung kambuh seketika. Makanya nggak terlalu heran waktu tahu antusias 'mereka-mereka' ini begitu luar biasanya terhadap keberadaan kebun bunga lily. Karena biasanya yang ada di fikiran saat itu cuma satu, "kapan lagi kan bisa foto sama bunga-bungaan sebanyak ini? lagi pula kesempatan itu nggak boleh di sia-siakan gitu aja. selagi bisa foto dengan keceh dan keceh banget, kenapa nggak kan?"
Ya.. ya.. dulu aku juga berfikirnya begitu. Selagi masih di tempat yang banyak bunga, selagi bunga-bunganya juga sedang mekar, dan selagi bisa menikmatinya secara gratis, kenapa mesti diam saja?
Tapi, meskipun aku dulunya dalam kondisi 'norak' seperti itu, alhamdulillah pola pikir untuk menghargai hak-hak dari para tanaman untuk hidup dan berkembang dengan baik itu nggak pernah aku langgar. Semacam ada rasa saling mengerti antara aku dan si bunga. Cieee... (yang ini baper. Haha)
Aku memang pernah merasakan tinggal di negeri tulip (you name it) yang notabenenya memiliki produksi tanaman bunga bejibun-jibun banyaknya. Dan di setiap musim semi tiba, akan ada baaaaaaaaaanyak sekali wisatawan yang datang berkunjung ke negara ini. Tujuannya ya cuma satu, melihat keindahan bunga-bunga tadi yang memang hanya muncul sekali dalam setahun.
Sebenarnya bukan hanya warga asing dari seluruh penjuru dunia saja yang datang di musim itu, karena bahkan sekelas warga lokalnya sekalipun juga senang untuk berkunjung dan melihat-lihat berbagai macam bunga tadi. Bahkan sampai ada festival tahunan yang mereka rayakan dengan konsep bunga-bungaan segala. That's awesome!
Dan dengan musim berbunga yang nggak terlalu panjang itu, pemerintah dan warganya di sana justru punya inisiatif yang luar biasa untuk meningkatkan nilai jual pariwisata negaranya melalui bunga-bungaan tadi. Keren kan?
Boleh lah nanti sekali-kali kalian ke sana, siapa tau mau foto-foto lagi dengan gaya yang beda.
Tapi jangan sampai guling-guling juga ya kakaaa :D
Oke, kita tinggalkan dulu cerita bunga-bungaan milik tetangga nun jauh disana. Mari kita jalan-jalan menuju bunga-bungaan di Indonesia :)
Di Indonesia, sebenarnya kita punya varian bunga-bungaan yang juga relative banyak loh. Sebut saja bunga mawar, bunga anggrek, bunga melati, bunga anyelir, bunga asoka, bunga aster, bunga dahlia, bunga lily, bunga kembang sepatu, bunga sedap malam, bunga teratai, bahkan sampai bunga kertas dan bunga bangkai sekalipun ada. Banyak banget pokoknya!
Tapi, dari sekian banyak jenis bunga tadi, kenapa justru hanya bunga jenis lily aja ya yang akhir-akhir ini lagi nge-hits? Apa kabar bunga-bunga yang lainnya? Hmm..
Seharusnya kita itu nggak perlu kok membanding-bandingkan bagusan mana antara bunga-yang-ini dan bunga-yang-itu. Toh semuanya memiliki daya tarik dan pesona keindahannya masing-masing. Iya nggak? Yang saat ini seharusnya perlu dibandingkan itu justru sikap dan budaya ORANG terhadap bunga-bunganya.
Seberapa besar dan kuatkah orang tersebut mampu menghargai dan menjaga citra keindahan dari bunga yang sudah ada?
Seberapa cinta pula orang tersebut terhadap keindahan dan kelestaian makhluk hidup lainnya? Karena hanya dari situlah kita bisa melihat fungsi di antara kedua makhluk hidup itu diciptakan. Jleb!
Ya, aku memang cukup risih juga sewaktu membaca beberapa postingan di akun instagram dari para pengunjung 'kebun bunga lily' yang ada di daerah Yogyakarta itu. Kok bisa-bisanya ya mereka ngomong seperti ini??
"Kerusakan itu sudah biasa, tak perlu dibuat saling hujat. Itu sudah konsekuensi dari banyaknya pengunjung" -ervanbambang
"Wajar lh ke injak bunga kn tumbuh nya gk beraturan,, jadi pengunjung bingung memilih jalan untuk d lewati, klo soal bunga nya d halaman rumah warga emang bener,, tp gk da hak buat mereka marah karna bunga nya ke injak,, karna qta masuk itu bayar,, per orang aja 5000,, menurut aq sih klo bayar nya sgitu trus bunga nya sdikit rusak karna ke injak pengunjung yg selfie itu wajar lah ya." -Riany Putri Chaisar
Aduuuh.. mas, mbak, kenapa bisa sampai ngomong begitu sih ya? bukannya minta maaf dan ngaku salah aja, eh kok malah mencari-cari kebenaran dari tindakan salahnya sendiri?
Gini ya mas, mbak, aku nggak menyalahkan kalian karna sudah datang dan berfoto-foto keceh di situ. Yang menurutku salah itu justru karena sikap dan kata-kata kalian sendiri. Bukan karena kerusakan adalah suatu hal yang biasa, lalu kita justru menambah-nambahnya menjadi semakin rusak. Alangkah baiknya jika kita justru bisa saling menjaga? kan bunga-bunganya jadi tetap bisa terlihat cantik. Iya kan? :)
Lalu mbak, jika tolak ukurnya adalah 'karena sudah membayar uang masuk yang hanya Rp.5000', apa kabar dengan yang masuk ke kebun bunga lain dan membayar lebih mahal? Keukenhof misalnya, yang harga ticket masuknya saja sudah 16 euro. Belum lagi di tambah uang parkir kendaraan 6 euro, dan jasa tour guide 5 euro jika berkenan. Apa mereka juga bisa di sebut 'wajar' untuk merusak tanamannya? nggak toh? Padahal total uang yang dikeluarkan itu bisa untuk bolak-balik nonton bioskop di Indo. Hihihi :)
Maka dari itu, aku sendiri yang bukan si empunya tanaman sangat menyayangkan perbuatan teman-teman yang merasa sudah pernah berfoto dan merusak tanaman di tempat itu. Semacam tidak dihargai rasanya. Kan sakitnya tuh di sini.... *nunjuk-nunjuk hati, tangan, cangkul, dan teman-temannya.
Lah yang capek-capek nanam dan merawatnya siapa, eh yang foto-foto dan merusak tanamannya siapa? Meski pada akhirnya sang pemilik cuma bisa bilang "nggak apa-apa kebun saya rusak". Padahal, hati orang siapa yang tahu ya kakaaa.... Duh!
Maafkan mereka ya pak Sukadi, maafkan mereka ya bu Risma?
*eh, maaf bu, tahunya ibu juga suka bunga soalnya :D
Aku jadi ingat sebuah kalimat yang berbunyi seperti ini,
"Your attitude is like a price tag, it shows how valuable you are" -Unknown.
Sikap kita adalah cerminan diri kita sendiri. Bagaimana kita dimata orang lain, tergantung dari bagaimana kita bersikap terhadap yang lain pula. Oleh sebab itu, yuk mari saling menjaga dalam hal apapun. Jangan justru memperburuk citra yang sudah ada.
Bukankah kebaikan itu juga bisa datang dari hal-hal kecil yang terkadang sering kita remehkan, bukan?
Mari perbanyak berbuat baik.
Orang jahat udah banyak soalnya ;)
Salam 'norak' dari kebun tetangga nun jauh di sana !
Lagi ngehits tentang foto yang di bunga-bunga itu kan ya?
Aku juga pernah kok. I did 'norak' at that time! Ini karena dulu aku memang belum pernah melihat bunga yang keceh-keceh, sekelas tulip, lily, maupun lavender misalnya, secara langsung.
Yaa.. sebelas duabelas lah dengan 'mereka' saat ini yang juga lagi latah buat 'norak-norakan' :D
Dulu, sewaktu pertama kali aku punya kesempatan untuk bisa datang langsung ke kebun bunga-bungaan tadi, penyakit 'norak' buat foto-foto ku memang langsung kambuh seketika. Makanya nggak terlalu heran waktu tahu antusias 'mereka-mereka' ini begitu luar biasanya terhadap keberadaan kebun bunga lily. Karena biasanya yang ada di fikiran saat itu cuma satu, "kapan lagi kan bisa foto sama bunga-bungaan sebanyak ini? lagi pula kesempatan itu nggak boleh di sia-siakan gitu aja. selagi bisa foto dengan keceh dan keceh banget, kenapa nggak kan?"
Ya.. ya.. dulu aku juga berfikirnya begitu. Selagi masih di tempat yang banyak bunga, selagi bunga-bunganya juga sedang mekar, dan selagi bisa menikmatinya secara gratis, kenapa mesti diam saja?
Tapi, meskipun aku dulunya dalam kondisi 'norak' seperti itu, alhamdulillah pola pikir untuk menghargai hak-hak dari para tanaman untuk hidup dan berkembang dengan baik itu nggak pernah aku langgar. Semacam ada rasa saling mengerti antara aku dan si bunga. Cieee... (yang ini baper. Haha)
Aku memang pernah merasakan tinggal di negeri tulip (you name it) yang notabenenya memiliki produksi tanaman bunga bejibun-jibun banyaknya. Dan di setiap musim semi tiba, akan ada baaaaaaaaaanyak sekali wisatawan yang datang berkunjung ke negara ini. Tujuannya ya cuma satu, melihat keindahan bunga-bunga tadi yang memang hanya muncul sekali dalam setahun.
Sebenarnya bukan hanya warga asing dari seluruh penjuru dunia saja yang datang di musim itu, karena bahkan sekelas warga lokalnya sekalipun juga senang untuk berkunjung dan melihat-lihat berbagai macam bunga tadi. Bahkan sampai ada festival tahunan yang mereka rayakan dengan konsep bunga-bungaan segala. That's awesome!
Dan dengan musim berbunga yang nggak terlalu panjang itu, pemerintah dan warganya di sana justru punya inisiatif yang luar biasa untuk meningkatkan nilai jual pariwisata negaranya melalui bunga-bungaan tadi. Keren kan?
Boleh lah nanti sekali-kali kalian ke sana, siapa tau mau foto-foto lagi dengan gaya yang beda.
Tapi jangan sampai guling-guling juga ya kakaaa :D
Oke, kita tinggalkan dulu cerita bunga-bungaan milik tetangga nun jauh disana. Mari kita jalan-jalan menuju bunga-bungaan di Indonesia :)
Di Indonesia, sebenarnya kita punya varian bunga-bungaan yang juga relative banyak loh. Sebut saja bunga mawar, bunga anggrek, bunga melati, bunga anyelir, bunga asoka, bunga aster, bunga dahlia, bunga lily, bunga kembang sepatu, bunga sedap malam, bunga teratai, bahkan sampai bunga kertas dan bunga bangkai sekalipun ada. Banyak banget pokoknya!
Tapi, dari sekian banyak jenis bunga tadi, kenapa justru hanya bunga jenis lily aja ya yang akhir-akhir ini lagi nge-hits? Apa kabar bunga-bunga yang lainnya? Hmm..
Seharusnya kita itu nggak perlu kok membanding-bandingkan bagusan mana antara bunga-yang-ini dan bunga-yang-itu. Toh semuanya memiliki daya tarik dan pesona keindahannya masing-masing. Iya nggak? Yang saat ini seharusnya perlu dibandingkan itu justru sikap dan budaya ORANG terhadap bunga-bunganya.
Seberapa besar dan kuatkah orang tersebut mampu menghargai dan menjaga citra keindahan dari bunga yang sudah ada?
Seberapa cinta pula orang tersebut terhadap keindahan dan kelestaian makhluk hidup lainnya? Karena hanya dari situlah kita bisa melihat fungsi di antara kedua makhluk hidup itu diciptakan. Jleb!
Ya, aku memang cukup risih juga sewaktu membaca beberapa postingan di akun instagram dari para pengunjung 'kebun bunga lily' yang ada di daerah Yogyakarta itu. Kok bisa-bisanya ya mereka ngomong seperti ini??
"Kerusakan itu sudah biasa, tak perlu dibuat saling hujat. Itu sudah konsekuensi dari banyaknya pengunjung" -ervanbambang
"Wajar lh ke injak bunga kn tumbuh nya gk beraturan,, jadi pengunjung bingung memilih jalan untuk d lewati, klo soal bunga nya d halaman rumah warga emang bener,, tp gk da hak buat mereka marah karna bunga nya ke injak,, karna qta masuk itu bayar,, per orang aja 5000,, menurut aq sih klo bayar nya sgitu trus bunga nya sdikit rusak karna ke injak pengunjung yg selfie itu wajar lah ya." -Riany Putri Chaisar
Aduuuh.. mas, mbak, kenapa bisa sampai ngomong begitu sih ya? bukannya minta maaf dan ngaku salah aja, eh kok malah mencari-cari kebenaran dari tindakan salahnya sendiri?
Gini ya mas, mbak, aku nggak menyalahkan kalian karna sudah datang dan berfoto-foto keceh di situ. Yang menurutku salah itu justru karena sikap dan kata-kata kalian sendiri. Bukan karena kerusakan adalah suatu hal yang biasa, lalu kita justru menambah-nambahnya menjadi semakin rusak. Alangkah baiknya jika kita justru bisa saling menjaga? kan bunga-bunganya jadi tetap bisa terlihat cantik. Iya kan? :)
Lalu mbak, jika tolak ukurnya adalah 'karena sudah membayar uang masuk yang hanya Rp.5000', apa kabar dengan yang masuk ke kebun bunga lain dan membayar lebih mahal? Keukenhof misalnya, yang harga ticket masuknya saja sudah 16 euro. Belum lagi di tambah uang parkir kendaraan 6 euro, dan jasa tour guide 5 euro jika berkenan. Apa mereka juga bisa di sebut 'wajar' untuk merusak tanamannya? nggak toh? Padahal total uang yang dikeluarkan itu bisa untuk bolak-balik nonton bioskop di Indo. Hihihi :)
Maka dari itu, aku sendiri yang bukan si empunya tanaman sangat menyayangkan perbuatan teman-teman yang merasa sudah pernah berfoto dan merusak tanaman di tempat itu. Semacam tidak dihargai rasanya. Kan sakitnya tuh di sini.... *nunjuk-nunjuk hati, tangan, cangkul, dan teman-temannya.
Lah yang capek-capek nanam dan merawatnya siapa, eh yang foto-foto dan merusak tanamannya siapa? Meski pada akhirnya sang pemilik cuma bisa bilang "nggak apa-apa kebun saya rusak". Padahal, hati orang siapa yang tahu ya kakaaa.... Duh!
Maafkan mereka ya pak Sukadi, maafkan mereka ya bu Risma?
*eh, maaf bu, tahunya ibu juga suka bunga soalnya :D
Aku jadi ingat sebuah kalimat yang berbunyi seperti ini,
"Your attitude is like a price tag, it shows how valuable you are" -Unknown.
Sikap kita adalah cerminan diri kita sendiri. Bagaimana kita dimata orang lain, tergantung dari bagaimana kita bersikap terhadap yang lain pula. Oleh sebab itu, yuk mari saling menjaga dalam hal apapun. Jangan justru memperburuk citra yang sudah ada.
Bukankah kebaikan itu juga bisa datang dari hal-hal kecil yang terkadang sering kita remehkan, bukan?
Mari perbanyak berbuat baik.
Orang jahat udah banyak soalnya ;)
Salam 'norak' dari kebun tetangga nun jauh di sana !
Tulip garden - Lisse, Netherlands |
Comments
Post a Comment