Diam-diam

Entah mengapa, aku merasa jika saat ini kamu tengah membaca tulisan ini. Baik itu secara diam-diam, atau dengan rasa penasaranmu yang membuncah hebat. Bertanya sedang apa aku sekarang, atau bahkan sibuk menerka-nerka bagaimana aku sekarang. Kamu mencari waktu-waktu luang, saat perasaanmu tengah dikalahkan oleh biru atau rindu. Mungkin pada suatu senja di sore hari, saat kepakan burung-burung mulai riuh rendah berterbangan menuju sarangnya. Saat matahari jingga juga tengah cantik-cantiknya. Kamu mengingatku. Atau pada malam yang sudah semakin pekat, matamu masih tak ingin terpejam cepat, sebab fikirmu masih menuju jauh kesini. Kamu tetap mengingatku.

Lihatlah, bukan aku yang menyiksamu, tapi dirimu sendiri. Pun begitu juga denganku. Bukan kamu yang membuatku gelisah tak tentu, tapi juga diriku sendiri. Kita adalah orang-orang yang bertanya dan menjawab pertanyaan itu sendiri. Kita jugalah yang masih selalu menerka-nerka pada jawaban yang sebetulnya sudah kita tahu dengan pasti. Ya, kita adalah dua manusia itu, yang masih tak saling berterus terang mengungkap betapa birunya perasaan ini.

Kini aku masih disini, masih melihatmu. Tidak dengan diam-diam, namun begitu jelas menunggu. Aku masih duduk pada bangku yang sama, belum ingin beranjak kemana-mana. Masih dibawah pohon rindang yang sering kududuki seperti biasanya. Merasakan hembusan angin yang menerpaku perlahan dan menjatuhkan daun kuningnya kemudian, atau berpanas-panasan demi menunggu lukisanku benar-benar diselesaikan.

Kamu tahu tidak, terkadang aku sendiri juga dibuat tidak percaya oleh diriku sendiri. Aku masih dibuat bertanya-tanya mengapa bisa seperti ini. Kamu yang masih terlalu samar, nyatanya justru masih menjadi sesuatu yang selalu ingin kuperjelas.
Jika ada yang bertanya mengapa? Maka entahlah.
Mungkin karena aku percaya.
Mempercayaimu dengan diam-diam.


Comments

Popular posts from this blog

AU PAIR

Words of affirmation

Turkey, dan Yang Perlu Kamu Tahu !