Untuk perempuan seusiaku
Akhir-akhir ini aku sering menjumpai banyak masalah yang sama dari beberapa tulisan yang kubaca. Entah itu dari penulis laki-laki, ataupun perempuan. Keduanya sama-sama sedang akrab menuliskan cerita 'ini'. Keduanya juga tengah dihadapkan pada kegalaun yang sama akan hal 'ini'.
Begitupun aku, yang tanpa sadar juga diajak untuk memikirkan permasalahan yang sama tentang hal 'ini'. Mungkin kami tengah berada pada rentan umur yang sama, atau sebutlah berada pada fase yang sama saat ini, sehingga sadar atau tidak, apa yang sering kami perbincangkan kini menjadi suatu keseragaman yang tidak disengaja.
Kami dan beberapa teman seperjuangan sepakat menyebutnya sebagai Quarter Life Crisis. Ini adalah suatu tahap dimana tingkat kegalaun, kekhawatiran, keraguan akan sesuatu tengah berada pada puncak tertingginya. Rasa was-was kami menjadi semakin berlipat-lipat. Takut pada apa yang sedang dihadapi atau akan dihadapi menjadi lebih besar porsinya. Padahal sesuatu yang tengah kami khawatirkan ini pada chapter yang lain sudah pernah dilalui, hanya saja dalam bentuk permasalahan yang berbeda.
Sebagai seorang perempuan, sebutlah tulisan kali ini menjadi perwakilan dari suara-suara hati perempuan. Perwakilan dari sebagian pemikiran-pemikiran kami yang belum tentu bisa dengan gamblang dibicarakan kepada banyak orang. Kami lebih malu, kami juga banyak memikirkan tentang banyak hal. Menjadi seperti kami sesungguhnya juga tidaklah mudah.
Untuk perempuan seusiaku kali ini, mungkin dunianya telah berubah menjadi lebih rumit. Permasalahannya juga berubah menjadi lebih kompleks. Bukan hanya urusan haha hihi bersama teman-teman saja yang kami lewatkan, bukan pula urusan memperoleh teman atau follower terbanyak saja yang kami perbincangkan, pun bukan pula tentang urusan cinta-cintaan khas anak kekinian yang kami ributkan. Dunianya kini jauh dari sekedar itu semua.
Untuk perempuan seusiaku kali ini, pikirannya sudah jauh menerawang kedepan. Matanya harus lebih tajam dan terpusat pada tujuan. Fokusnya juga telah berubah kepada apa yang benar-benar hendak diraihnya demi kehidupan masa depan. Tidak ada lagi waktu luang yang banyak untuk sekedar duduk bermalas-malasan di depan tv atau menatap layar hp dalam genggaman. Jika bertemu dengan teman sebayanyapun, pembicaraannya bukan tentang sesuatu yang ringan. Harus lebih berisi dan bukan main-main. Sebab pada fase ini, kami tahu mana yang seharusnya dikatakan atau tidak dikatakan. Dunianya kini akan berputar-putar pada hal-hal yang memusingkan.
Untuk perempuan seusiaku kali ini, persoalan hatinya juga sudah berubah kearah yang lebih serius. Kami harus lebih berani mengambil sikap jika para laki-laki telah mendekatinya. Mintai untuk segera dihalalkan atau tinggalkan. Sebab untuk apa dipacari jika pada akhirnya tidak bisa menenangkan. Untuk apa didekati jika lebih banyak menimbulkan keburukan. Sayang, demi bertemu dengan laki-laki yang juga berani memberi ketegasan untuk ini tidak semudah membalik telapak tangan. Kami harus menunggu, bukan mencari. Kami harus bersabar, bukan tergesa-gesa. Karena pada akhirnya kamilah yang akan ditemukan, bukan menemukan.
Lihat, dunianya kini penuh dengan kegalaun.
Untuk perempuan seusiaku kali ini, yang bisa kami lakukan adalah memantaskan diri. Pantas untuk meraih masa depan yang lebih baik. Pantas untuk menjadi pembelajar sekaligus guru yang baik. Pantas untuk diperjuangkan dari ketakutan-ketakutan masa silam.
Maka untuk menjadi pantas, kami harus terus belajar pada banyak hal. Sebab perempuan seusiaku kali ini harus bersiap pada kemungkinan apapun yang akan terjadi nanti. Bisa saja kemungkinan itu adalah dia, kan?
Mari berjuang :)
Comments
Post a Comment