Bukan tentang traveling
Deventer...
Aku menyebutnya sebagai kota keduaku di Belanda. mengapa demikian? karena disitu ada rumah keduaku.
letaknya hanya beberapa Km dari kota tempat tinggalku di Zwolle, masih satu wilayah dalam provinsi Overijssel. lebih tepatnya lagi hanya berjarak 24 menit menggunakan kereta api NS milik Belanda. Entah sudah berapa kali aku mengunjungi kota ini. meski bukan kota besar layaknya Amsterdam ataupun Den Haag serta Rotterdam yang menawarkan berbagai sajian "menarik" di dalamnya, namun hampir di setiap weekend aku selalu datang ke kota ini.
Dulu pernah terlintas difikiranku saat aku masih sering menjelajahi sudut kota dari negara kincir angin ini. setiap melintasi stasiun Deventer, aku menarik kesimpulan bahwa kota ini bukan kota yang menarik. bagian dari stasiunnya saja sudah terlihat tua. tidak seperti stasiun kereta yang ada di Zwolle, lebih besar dan lebih bagus tentunya. jadi akupun hanya beranggapan "ah, paling kota ini juga gitu-gitu aja".
Anggapan tersebut tidak sepenuhnya salah, karena setelah aku sering datang ke kota ini, kota Deventer masih begitu-gitu saja menurutku. sama saja seperti kota-kota lainnya yang ada di Belanda. masih dengan tatanan bangunan yang sama, lingkungan yang sama, sistem transportasi yang juga sama, dan masih banyak hal serupa lainnya yang juga masih terlihat sama.
Lalu apa istemewanya kota ini sehingga aku menjadikannya kota keduaku sekarang??
Perkenalanku dengan seorang teman yang bernama Dila bermula saat aku menghadiri acara Fokustik yang diadakan oleh pelajar Indonesia di kota Den Haag. bagi orang yang baru pertama kali kenal, aku memang terkesan cuek. hanya basa-basi seadanya. aku hanya tau kalau dia adalah seorang pelajar Indonesia di kota Deventer yang pada hari itu juga hadir di sana. dan sebenarnya, perkenalanku dengan Dila juga diawali oleh Alfath, teman baikku dari kampus yang sama di Pontianak. maka semenjak pertemanan diantara kami berubah lebih dari hanya sekedar teman, student house yang ditempati oleh Dila pun ahirnya menjadi markas berkumpulnya 3 orang "aneh" ini.
lalu kemudian, cerita-ceritaku tentang Belanda akhirnya menjadi lebih dari hanya sekedar traveling.
Ms.Traveling...
Mereka menyebutku dengan sebutan demikian. lalu Dila si "Ms.Engineering" dan Alfath si "Ms.Hebring" menjadi sebuah julukan yang melekat dari masing-masing kepribadian diantara kami. aku yang lebih suka "kelayapan" ini mereka katakan memang lebih pas mendapatkan julukan tersebut. sama halnya dengan julukan yang ada pada masing-masing dari mereka.
Dila menyebutnya bahwa ini adalah sebuah pertemanan yang unik. kita saling mengisi antara satu sama lain. mulai dari sifat yang berbeda, karakter, hobi, pola pikir, dan masih banyak hal lain yang aku rasa hal itu memang benar.
bukan hanya 1 kali kami terlibat dalam sebuah obrolan singkat yang akhirnya "beranak" ke berbagai cabang. tentang study, tentang cita-cita, tentang hidup, bahkan tentang calon pendamping hidup masing-masing dari kami nanti pada akhirnya. untuk hal yang terakhir itu, jujur aku berbeda cara pandang dengan mereka. tapi itu semua bukan tanpa alasan. dan mereka berfikiran demikian juga bukan tanpa alasan. toh setiap manusia memiliki cara pandangnya tersendiri dalam mengambil sebuah keputusan hidup.
namun tetap saja, semua kembali kepada Allah. sejauh apapun kita berencana, jika hasil akhir tidak disetujui atau bahkan diganti oleh Allah, kita bisa apa??
Alur tulisanku kali ini sepertinya sedikit menyimpang dari cerita-cerita perjalananku sebelumnya. Ah biarlah.. toh beberapa waktu terakhir ini aku memang belum melakukan traveling lagi.
Tapi menurutku, sejatinya sebuah traveling bukanlah hanya sekedar menemukan dan mendatangi tempat baru yang kemudian berbuah pada sebuah cerita-ceita seru atau menantang yang kita bagikan kepada orang lain. Traveling menurutku juga menemukan orang baru, melihat dari "kaca mata" yang lain agar kita juga bisa melihat bagaimana diri kita dimata mereka.
hal ini pernah aku alami saat aku baru saja pulang dari sebuah trip mingguan yang selalu aku lakukan di tiap weekend ku. dalam perjalanan tersebut, aku sempat membantu seorang nenek yang kesulitan membawa kopernya menuruni anak tangga. setelah sampai di bawah, sebuah perkataan "polos" membuatku tertawa di dalam hati.
"Dank u wel. je hebt een klein lichaam maar je sterke kracht" artinya kurang lebih begini "Thank you. you have a small body but your energy is so strong"
Mendengar kalimat "bertubuh kecil", sontak saja aku ingin tertawa. karena memang itu adalah kenyataannya. tidak perlu disebutkan aku juga sudah sadar akan hal itu. tapi point yang aku tangkap adalah, orang-orang disini selalu berkata apa adanya. mereka sangat terbuka dalam hal apapun. tidak ada kesan takut menyinggung perasaan orang lain atau apalah itu. hal ini sedikit berbeda dengan orang-orang yang aku lihat di Turkey dan sangat berbeda dengan apa yang aku temui di Indonesia.
Sudah hampir 8 bulan aku berada di negara ini, dan memang kesan yang seperti itu selalu aku dapatkan dari orang-orang asli Belanda.
Selalu ada sisi positif dan negatif dari sebuah hal yang kita lakukan. maka tinggal kita saja yang pada akhirnya menyeimbangkan itu semua agar kesan "dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung" menjadi lebih baik. :)
Aku menyebutnya sebagai kota keduaku di Belanda. mengapa demikian? karena disitu ada rumah keduaku.
letaknya hanya beberapa Km dari kota tempat tinggalku di Zwolle, masih satu wilayah dalam provinsi Overijssel. lebih tepatnya lagi hanya berjarak 24 menit menggunakan kereta api NS milik Belanda. Entah sudah berapa kali aku mengunjungi kota ini. meski bukan kota besar layaknya Amsterdam ataupun Den Haag serta Rotterdam yang menawarkan berbagai sajian "menarik" di dalamnya, namun hampir di setiap weekend aku selalu datang ke kota ini.
Dulu pernah terlintas difikiranku saat aku masih sering menjelajahi sudut kota dari negara kincir angin ini. setiap melintasi stasiun Deventer, aku menarik kesimpulan bahwa kota ini bukan kota yang menarik. bagian dari stasiunnya saja sudah terlihat tua. tidak seperti stasiun kereta yang ada di Zwolle, lebih besar dan lebih bagus tentunya. jadi akupun hanya beranggapan "ah, paling kota ini juga gitu-gitu aja".
Anggapan tersebut tidak sepenuhnya salah, karena setelah aku sering datang ke kota ini, kota Deventer masih begitu-gitu saja menurutku. sama saja seperti kota-kota lainnya yang ada di Belanda. masih dengan tatanan bangunan yang sama, lingkungan yang sama, sistem transportasi yang juga sama, dan masih banyak hal serupa lainnya yang juga masih terlihat sama.
Lalu apa istemewanya kota ini sehingga aku menjadikannya kota keduaku sekarang??
Perkenalanku dengan seorang teman yang bernama Dila bermula saat aku menghadiri acara Fokustik yang diadakan oleh pelajar Indonesia di kota Den Haag. bagi orang yang baru pertama kali kenal, aku memang terkesan cuek. hanya basa-basi seadanya. aku hanya tau kalau dia adalah seorang pelajar Indonesia di kota Deventer yang pada hari itu juga hadir di sana. dan sebenarnya, perkenalanku dengan Dila juga diawali oleh Alfath, teman baikku dari kampus yang sama di Pontianak. maka semenjak pertemanan diantara kami berubah lebih dari hanya sekedar teman, student house yang ditempati oleh Dila pun ahirnya menjadi markas berkumpulnya 3 orang "aneh" ini.
lalu kemudian, cerita-ceritaku tentang Belanda akhirnya menjadi lebih dari hanya sekedar traveling.
Ms.Traveling...
Mereka menyebutku dengan sebutan demikian. lalu Dila si "Ms.Engineering" dan Alfath si "Ms.Hebring" menjadi sebuah julukan yang melekat dari masing-masing kepribadian diantara kami. aku yang lebih suka "kelayapan" ini mereka katakan memang lebih pas mendapatkan julukan tersebut. sama halnya dengan julukan yang ada pada masing-masing dari mereka.
Dila menyebutnya bahwa ini adalah sebuah pertemanan yang unik. kita saling mengisi antara satu sama lain. mulai dari sifat yang berbeda, karakter, hobi, pola pikir, dan masih banyak hal lain yang aku rasa hal itu memang benar.
bukan hanya 1 kali kami terlibat dalam sebuah obrolan singkat yang akhirnya "beranak" ke berbagai cabang. tentang study, tentang cita-cita, tentang hidup, bahkan tentang calon pendamping hidup masing-masing dari kami nanti pada akhirnya. untuk hal yang terakhir itu, jujur aku berbeda cara pandang dengan mereka. tapi itu semua bukan tanpa alasan. dan mereka berfikiran demikian juga bukan tanpa alasan. toh setiap manusia memiliki cara pandangnya tersendiri dalam mengambil sebuah keputusan hidup.
namun tetap saja, semua kembali kepada Allah. sejauh apapun kita berencana, jika hasil akhir tidak disetujui atau bahkan diganti oleh Allah, kita bisa apa??
Alur tulisanku kali ini sepertinya sedikit menyimpang dari cerita-cerita perjalananku sebelumnya. Ah biarlah.. toh beberapa waktu terakhir ini aku memang belum melakukan traveling lagi.
Tapi menurutku, sejatinya sebuah traveling bukanlah hanya sekedar menemukan dan mendatangi tempat baru yang kemudian berbuah pada sebuah cerita-ceita seru atau menantang yang kita bagikan kepada orang lain. Traveling menurutku juga menemukan orang baru, melihat dari "kaca mata" yang lain agar kita juga bisa melihat bagaimana diri kita dimata mereka.
hal ini pernah aku alami saat aku baru saja pulang dari sebuah trip mingguan yang selalu aku lakukan di tiap weekend ku. dalam perjalanan tersebut, aku sempat membantu seorang nenek yang kesulitan membawa kopernya menuruni anak tangga. setelah sampai di bawah, sebuah perkataan "polos" membuatku tertawa di dalam hati.
"Dank u wel. je hebt een klein lichaam maar je sterke kracht" artinya kurang lebih begini "Thank you. you have a small body but your energy is so strong"
Mendengar kalimat "bertubuh kecil", sontak saja aku ingin tertawa. karena memang itu adalah kenyataannya. tidak perlu disebutkan aku juga sudah sadar akan hal itu. tapi point yang aku tangkap adalah, orang-orang disini selalu berkata apa adanya. mereka sangat terbuka dalam hal apapun. tidak ada kesan takut menyinggung perasaan orang lain atau apalah itu. hal ini sedikit berbeda dengan orang-orang yang aku lihat di Turkey dan sangat berbeda dengan apa yang aku temui di Indonesia.
Sudah hampir 8 bulan aku berada di negara ini, dan memang kesan yang seperti itu selalu aku dapatkan dari orang-orang asli Belanda.
Selalu ada sisi positif dan negatif dari sebuah hal yang kita lakukan. maka tinggal kita saja yang pada akhirnya menyeimbangkan itu semua agar kesan "dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung" menjadi lebih baik. :)
![]() |
Salam "ing" :D |
ceritanya bagus mba, salam kenal ya . . .
ReplyDeleteAlhamdulillah, makasih ya... salam kenal juga :)
ReplyDeletewah mba kapan2 saya bisa tanya penglmn mba ni dsna.hehe..
ReplyDeleteIn shaa Allah, silahkan... kalau bisa saya jawab, nanti saya jawab ^_^
ReplyDelete