Edisi rindu
Bisa membantuku?
Semenjak masuk ke dunia perkuliahan, bisa dibilang aku mengidap sebuah kebiasaan yang merubah alur istirahatku. meski belum terbilang ekstrim, tapi hal ini akan menjadi tidak baik bila dibiarkan terus menerus.
bukan hanya satu dua orang yang menegurku. mereka adalah orang-orang yang masih perduli terhadapku meski kadang tanpa aku sadari atau terlanjur aku hiraukan begitu saja.
"tidurlah.. ini sudah larut malam"
Aku bukannya tidak menghargai akan nasihat-nasihat yang diberikan. tapi harus aku akui, ide-ide itu selalu datang di pertengahan malam. pikiran-pikiran itu selalu bergentayangan.
entah mengapa ia selalu saja hadir disaat aku hendak menutup mata. saat aku telah bersiap-siap untuk berjuang mengistirahatkan seluruh anggota tubuhku. rasanya ada saja yang ingin aku ceritakan.
sebagai manusia biasa, ada kalanya aku berada pada titik terlemah. tapi aku masih mencoba untuk kuat. aku masih punya Allah yang siap menampung segala keluh kesahku dimanapun dan kapanpun aku ingin bercerita. aku masih punya Allah yang lebih tau mana yang terbaik untukku. dan aku masih punya Allah yang lebih memahami semua maksudku dari hanya sekedar apa yang aku tuliskan disini.
Bagiku, malam adalah tempat paling sempurna untuk membiarkan imajinasi berkeliaran. ada banyak hal yang biasanya hadir sebagai bekalku sebelum tidur. tapi kalau dibiarkan, lagi-lagi takutnya itu malah menjadi kebiasaan.
terkadang aku masih mencoba untuk menjinakkannya dengan berbagai cara. tarik selimut, matikan semua lampu yang ada, lalu berusaha dengan keras menutup mata agar bisa tidur di bawah pukul 00.00. tapi seringkali hasilnya nihil. sampai jika saatnya aku masih juga gagal, aku hanya akan mendengarkan alunan ayat suci Al-qur'an yang aku putar melalui laptop ataupun ponselku. sengaja aku biarkan untuk terus menyala sampai akhirnya aku tertidur.
Sebenarnya aku bukanlah tipikal orang yang mudah terbuka untuk urusan pribadiku. aku hanya tidak ingin menceritakan dan menuliskan semuanya sehingga orang lain tau. sejalan dengan itu, aku juga tidak mau untuk mencampuri urusan orang lain yang bukan merupakan hak ku untuk mengetahuinya.
aku pernah bilang kepada salah seorang temanku bahwa kebanyakan dari manusia saat ini hanyalah mereka-mereka yang sebatas ingin mengetahui saja urusan orang lain, bukan karena mereka memang benar-benar peduli. diapun menyetujuinya dan berkata bahwa itu memang sifat lahiriah manusia.
Ah... entah lah, aku tidak mau dipusingkan untuk hal ini.
Aku melirik jam yang ada dibawah lampu mejaku.
ini sudah dipertengahan malam, (lagi). jika saja kondisinya saat ini aku bisa melaksanakan ibadah, aku akan segera lari ke kamar mandi untuk mengambil wudhu, lalu shalat dan bercerita banyak hal kepada Allah. mengadu semua hal yang ingin aku sampaikan meski sebenarnya Allah lebih tau sampai ke sela-sela terkecil isi hatiku.
lalu apa yang sebaiknya aku lakukan sekarang?
sambil mengetik tulisan ini, beberapa kali aku menekan tombol minimize yang ada dibagian kanan atas laptopku.
ada sebuah foto disana. sengaja aku gunakan sebagai background dari tampilan layar yang tidak akan pernah aku ganti. aku memandangi sosok mereka satu persatu.
senyum itu.. sebuah senyum yang menjadi salah satu alasan penguat hidupku. sebuah senyum yang mengobati kerinduanku yang terpaut jarak jutaan kilometer jauhnya. sebuah senyum yang akhirnya akan selalu menyemangatiku agar suatu saat aku bisa menjadi orang yang punya nama.
aku menyebutnya keluarga. orang-orang yang akan tetap menjadi prioritas utama dalam kehidupanku. orang-orang yang akan kubuat mereka menjadi bangga atas apa yang akan aku peroleh nantinya. orang-orang yang selalu ada dalam setiap untain do'aku yang bertabur jutaan rindu. orang-orang yang jarang sekali aku ekspresikan secara nyata bagaimana sayangnya aku kepada mereka karena ketidakpandainku dalam mengolah kata saat telah bersama mereka.
Allahuakbar... aku benar-benar rindu.
Aku memulai untuk menyelesaikan bait terakhir tulisanku. setelah ini akan aku usahakan untuk mengistirahatkan tubuhku dari lelahnya aktivitas yang telah aku lakukan. jika saat ini aku berada di rumah, ibuku pasti akan kembali menegurku.
"sudah malam kak.. tidur ya !!"
tiba-tiba suara itu kembali terngiang-ngiang lagi ditelingaku sekarang.
baiklah, aku tidak mau membantah jika ibuku yang berbicara. akan kuputar lantunan ayat suci Al-Qur'an di laptopku sebagai teman pengantar tidurku malam ini.
Ar-Rahman.. Maka nikmat Tuhan yang manakah yang engkau dustakan?
Selamat pagi ibu...
Selamat malam Belanda :)
Semenjak masuk ke dunia perkuliahan, bisa dibilang aku mengidap sebuah kebiasaan yang merubah alur istirahatku. meski belum terbilang ekstrim, tapi hal ini akan menjadi tidak baik bila dibiarkan terus menerus.
bukan hanya satu dua orang yang menegurku. mereka adalah orang-orang yang masih perduli terhadapku meski kadang tanpa aku sadari atau terlanjur aku hiraukan begitu saja.
"tidurlah.. ini sudah larut malam"
Aku bukannya tidak menghargai akan nasihat-nasihat yang diberikan. tapi harus aku akui, ide-ide itu selalu datang di pertengahan malam. pikiran-pikiran itu selalu bergentayangan.
entah mengapa ia selalu saja hadir disaat aku hendak menutup mata. saat aku telah bersiap-siap untuk berjuang mengistirahatkan seluruh anggota tubuhku. rasanya ada saja yang ingin aku ceritakan.
sebagai manusia biasa, ada kalanya aku berada pada titik terlemah. tapi aku masih mencoba untuk kuat. aku masih punya Allah yang siap menampung segala keluh kesahku dimanapun dan kapanpun aku ingin bercerita. aku masih punya Allah yang lebih tau mana yang terbaik untukku. dan aku masih punya Allah yang lebih memahami semua maksudku dari hanya sekedar apa yang aku tuliskan disini.
Bagiku, malam adalah tempat paling sempurna untuk membiarkan imajinasi berkeliaran. ada banyak hal yang biasanya hadir sebagai bekalku sebelum tidur. tapi kalau dibiarkan, lagi-lagi takutnya itu malah menjadi kebiasaan.
terkadang aku masih mencoba untuk menjinakkannya dengan berbagai cara. tarik selimut, matikan semua lampu yang ada, lalu berusaha dengan keras menutup mata agar bisa tidur di bawah pukul 00.00. tapi seringkali hasilnya nihil. sampai jika saatnya aku masih juga gagal, aku hanya akan mendengarkan alunan ayat suci Al-qur'an yang aku putar melalui laptop ataupun ponselku. sengaja aku biarkan untuk terus menyala sampai akhirnya aku tertidur.
Sebenarnya aku bukanlah tipikal orang yang mudah terbuka untuk urusan pribadiku. aku hanya tidak ingin menceritakan dan menuliskan semuanya sehingga orang lain tau. sejalan dengan itu, aku juga tidak mau untuk mencampuri urusan orang lain yang bukan merupakan hak ku untuk mengetahuinya.
aku pernah bilang kepada salah seorang temanku bahwa kebanyakan dari manusia saat ini hanyalah mereka-mereka yang sebatas ingin mengetahui saja urusan orang lain, bukan karena mereka memang benar-benar peduli. diapun menyetujuinya dan berkata bahwa itu memang sifat lahiriah manusia.
Ah... entah lah, aku tidak mau dipusingkan untuk hal ini.
Aku melirik jam yang ada dibawah lampu mejaku.
ini sudah dipertengahan malam, (lagi). jika saja kondisinya saat ini aku bisa melaksanakan ibadah, aku akan segera lari ke kamar mandi untuk mengambil wudhu, lalu shalat dan bercerita banyak hal kepada Allah. mengadu semua hal yang ingin aku sampaikan meski sebenarnya Allah lebih tau sampai ke sela-sela terkecil isi hatiku.
lalu apa yang sebaiknya aku lakukan sekarang?
sambil mengetik tulisan ini, beberapa kali aku menekan tombol minimize yang ada dibagian kanan atas laptopku.
ada sebuah foto disana. sengaja aku gunakan sebagai background dari tampilan layar yang tidak akan pernah aku ganti. aku memandangi sosok mereka satu persatu.
senyum itu.. sebuah senyum yang menjadi salah satu alasan penguat hidupku. sebuah senyum yang mengobati kerinduanku yang terpaut jarak jutaan kilometer jauhnya. sebuah senyum yang akhirnya akan selalu menyemangatiku agar suatu saat aku bisa menjadi orang yang punya nama.
aku menyebutnya keluarga. orang-orang yang akan tetap menjadi prioritas utama dalam kehidupanku. orang-orang yang akan kubuat mereka menjadi bangga atas apa yang akan aku peroleh nantinya. orang-orang yang selalu ada dalam setiap untain do'aku yang bertabur jutaan rindu. orang-orang yang jarang sekali aku ekspresikan secara nyata bagaimana sayangnya aku kepada mereka karena ketidakpandainku dalam mengolah kata saat telah bersama mereka.
Allahuakbar... aku benar-benar rindu.
Aku memulai untuk menyelesaikan bait terakhir tulisanku. setelah ini akan aku usahakan untuk mengistirahatkan tubuhku dari lelahnya aktivitas yang telah aku lakukan. jika saat ini aku berada di rumah, ibuku pasti akan kembali menegurku.
"sudah malam kak.. tidur ya !!"
tiba-tiba suara itu kembali terngiang-ngiang lagi ditelingaku sekarang.
baiklah, aku tidak mau membantah jika ibuku yang berbicara. akan kuputar lantunan ayat suci Al-Qur'an di laptopku sebagai teman pengantar tidurku malam ini.
Ar-Rahman.. Maka nikmat Tuhan yang manakah yang engkau dustakan?
Selamat pagi ibu...
Selamat malam Belanda :)
Comments
Post a Comment