Mukena

Tiba-tiba aku takut untuk berada di luar rumah.
hari ini anginnya kencang, tidak seperti biasa. hujan yang turun juga menjadi pelengkap yang membuat aku semakin takut. bahkan hanya untuk melihatnya pun aku merasa takut.
bukan pengecut... bukan. semoga aku bukan orang yang seperti itu. tapi jika hubungannya dengan segala sesuatu diluar kendaliku, aku bisa apa?
aku masih berjarak begitu jauh dengan keluargaku. sangat jauh bahkan.
jutaan kilometer yang menjadi penghalang ini terkadang mampu membuatku meronta untuk segera pulang.
meski bukan sebesar rumah tempat tinggalku saat ini, kehangatan yang dibalut atas dasar ikatan darah membuatku bisa menghalau dari semua ketakutan yang aku rasakan.
aku memang hanya bisa menulis. dan orang yang kusebut mama itu juga pasti tidak akan membaca tulisanku di sini. harus ku akui, beliau termasuk orang yang gaptek. tapi itulah mamaku. hanya melalui isyarat batin yang aku sampaikan lewat do'a di sepanjang akhir sujudku, aku bercerita. tentang kegelisahanku akan jarak, akan waktu, akan rindu, dan berbagai hal lainnya, meski sebenarnya aku sendiri tidak pernah bercerita kepadanya.

Kali ini aku akan bercerita, bukan tentang mama.. tapi tentang sedikit pengalaman bagaimana aku hidup dilingkungan keluarga muslim Turkey. tentang bagaimana aku sering mendapati kejadian-kejadian tak terduga yang terkadang lucu diluar kebiasaanku sebelumnya.
Hari ini aku sedang berada di rakaat terakhir shalat Dzuhur saat emak (sebutan khusus buat seseorang yang sudah ku anggap sebagai ibuku juga disini) memanggil namaku sebanyak tiga kali. pintu kamarku yang terletak di lantai paling atas sengaja aku biarkan terbuka, agar apabila ada yang mencari dan menyusulku ke kamar, mereka tau aku sedang shalat.
tiga kali, aku masih saja tidak menyahut. bagaimana mungkin aku menjawab panggilan tersebut dalam kondisi shalat seperti itu. ingin ku keraskan bacaan shalatku sepertinya juga percuma. emak memanggilku dari lantai bawah. dulu aku pernah mengatakan kepada beliau "Ma'am, If you call me but I not answer it, that's mean I still praying". sengaja aku beri tahu jauh-jauh hari saat aku baru pertama datang ke rumah ini. niat ku cuma satu, agar tidak ada miscommunication di antara kami.
Tapi sayang, panggilan emak tadi sudah terlanjur membuyarkan konsentrasiku dalam beribadah. pikiranku sudah diajak untuk menerka-nerka, ada apa ya emak memanggilku???
astaghfirullah.... di saat seperti itulah biasanya setan akan semakin mudah menggoda kita.
Setelah salam, aku bergegas menuruni anak tangga untuk menemui emak. pakainku juga masih lengkap dengan "kostum" mukena khas orang muslim Indonesia saat beribadah. kenapa aku menyebutnya dengan kata "muslim Indonesia?" jawabannya mungkin karena hanya muslim Indonesia lah yang saat shalat memakai mukena. atau mungkin juga muslim-muslim lain di Malaysia ataupun Berunai Darussalam. (*ini hanya sebatas pengetahuan dangkalku saja).
Sampai di lantai bawah, aku tidak menemukan emak. hanya seorang cleaning lady (masih orang Turkey juga) yang tengah sibuk melakukan pekerjaannya membersihkan seisi rumah seperti biasa. dia terdiam melihatku. mungkin lebih tepatnya melihat mukena yang aku pakai. karena semenjak aku tinggal disini, baru ini pertama kalinya dia melihatku menggunakan pakain seperti itu.
dia tersenyum lalu bertanya dalam bahasa Belanda. "wat heb je gebruiken, Nia?" artinya kurang lebih menanyakan tentang apa yang aku gunakan.
"Ooo... dit is mijn mukena voor "Allahu akbar".
Ah.....bahasa Belanda ku masih terlalu payah untuk menjelaskan kata shalat sekalipun. jika sudah seperti itu, maka bahasa tubuhlah yang menjadi senjata andalan untuk tetap bisa berkomunikasi satu-sama lain. haha :D

Emak mendapatiku tengah berbicara dengan cleaning lady nya. beliau tau aku tidak fasih berbicara bahasa Belanda, dan si cleaning lady juga tidak bisa berbahasa Inggris. dan karena mereka sama-sama orang Turkey, jadilah perbincangan pun berubah menggunakan bahasa Turkish. sekarang justru gantian, aku yang tidak bisa ikut berbicara. tapi sekilas, aku menangkap apa yang dibicarakan. ya apalagi kalau bukan tentang mukena. lalu setelah penjelasan panjang lebar itu, si cleaning lady pun akhirnya mengacungkan jempolnya ke arahku. "dat is mooi, Nia". aku hanya tersenyum sambil membalas ucapannya. "ya.. dank u" :)

Dulu aku pernah bercerita di tulisanku sebelumnya saat aku berada di Turkey. masih tentang mukena. sebuah kejadian yang menurutku lucu sekaligus aneh pada awalnya. bagaimana tidak, ramadhan tahun lalu saat aku mengikuti shalat tarawih di salah satu masjid yang ada di kota Izmit, Turkey, aku menjadi satu-satunya turis dan juga satu-satunya orang yang shalat menggunakan mukena di antara puluhan jama'ah wanita lainnya yang hadir malam itu. awalnya aku sempat berfikir, kok cuma aku yang berbusana seperti ini? mengapa jama'ah wanita lainnya tidak menggunakan mukena?
norak, kepo, salah tingkah, semuanya bercampur menjadi satu malam itu. seorang wanita yang ada di sebelahku saat itu bertanya kepadaku dalam bahasa Turkish. dalam hati aku hanya bisa bilang "Oh God, help me.. I can't speak Turkish". maka akupun mencoba merespon, bukan untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan, aku justru balik bertanya. "Do you speak English?", lalu kemudian wanita tadi melakukan hal yang sama sepertiku, menggelengkan kepala tanda terjadinya miscommunication di antara kami. :)
Tapi lucunya setelah hal itu terjadi, aku justru mendapatkan perlakuan "istimewa" dari sang wanita tadi. dia mendekatkan wajahnya kearahku lalu kemudian mencium pipi dan keningku serta memeluk tubuhku.
dan hal terakhir yang dia lakukan adalah menunjuk ke arah mukena yang aku pakai lalu mengacungkan jempolnya. akupun tersenyum.
dan dari semua kejadian waktu itu, aku hanya bisa mengucapkan satu kalimat untuk mengungkapkan semuanya.
"teşekkür ederim" :)






Comments

Popular posts from this blog

AU PAIR

Words of affirmation

Turkey, dan Yang Perlu Kamu Tahu !