Makanan
Pagi ini diawali oleh secangkir cappucino panas dan juga 2 buah roti panggang yang biasanya di sebut dengan tosti dengan campuran coklat Nutela hangat diatasnya. seperti hari-hari sebelumnya, selalu saja menu itu yang tersaji di meja dapur. roti. tidak ada yang lain. hanya fariasi minuman saja yang sepertinya bisa ku ganti. kadang susu, teh, cappucino, atau juga kopi yang memang telah tersedia dari sebuah mesin otomatis pembuat minuman yang ada di rumah ini. si emak adalah penggila kopi paling yang paling berat diantara kami. setiap sebelum berangkat ke kantor, pulang dari kantor, tengah hari kalau beliau sedang libur, atau bahkan sebelum tidurpun selalu saja ngopi. dan yang "aneh" menurutku sendiri, beliau tidak pernah membubuhkan gula kedalam minumannya.
"orang di sini kalau ngopi memang jarang pakai gula, Nia"
Oo.. aku mengerti. setidaknya saat kejadian di akhir bulan Juni tahun lalu menyadarkanku saat kami sekeluarga hendak terbang ke Turkey untuk melakukan summer holiday. saat masih berada di bandara internasional Schipol sambil menunggu waktu keberangkatan, babe menawariku kopi yang beliau pesan di Starbuck coffe. yang ada difikiranku saat itu adalah kopi yang akan aku minum nanti pastilah sama seperti kopi-kopi yang ada di Indonesia, atau setidaknya di warung-warung kaki lima Indonesia. manis. makanya akupun memesan ukuran medium karena melihat jadwal keberangkatan yang ternyata masih harus menunggu selama 1 jam lagi. setidaknya ukuran 1 gelas medium itu bisa menjadi teman menungguku.
kopi sudah ditangan, babe yang mengambilkannya untukku dari meja kasir saat beliau sekalian membayarnya. akupun mulai menyeruput perlahan karena itu memang masih panas. tapi betapa terkejutnya aku saat apa yang aku minum itu ternyata terasa pahit.
yaks... pahit banget ! aku bergumam dalam hati. kenapa tidak di kasi gula sih?
kopi sudah terlanjur di tangan, dan kamipun juga sudah terlanjur menjauh dari kedai minuman cepat saji tersebut. aku tidak mau ketinggalan rombongan keluarga ini kalau aku harus kembali lagi hanya untuk meminta gula.
ah.. sudahlah. nikmati saja apa yang ada. toh ada atau tanpa gula sekalipun aku tidak terlalu doyan kopi.
Lalu lain lagi dengan cerita saat makan malam tiba. biasanya memang hanya pada waktu inilah kami semua akan berkumpul di meja makan setelah semua orang selesai dari aktivitas rutinnya. dulu waktu masih di bulan-bulan pertama kedatanganku, lidahku tentu saja masih kaget dengan berbagai varian rasa makanan yang jelas-jelas sangat berbeda dengan apa yang biasanya ibuku buat di Indonesia. dan bahkan dari namanya saja terkadang aku masih kerepotan menyebutkannya. yang aku tau hanyalah jenis dari masakan yang biasanya kami buat berasal dari negara mana. that's it.
memang lidah Indonesia ku ini tetap tidak bisa dibohongi. sudah 8 bulan sekalipun, aku tetap tidak pernah menggilai masakkan-masakan dari benua Eropa ini. bagiku, the best foods in the world is all the foods from Indonesia, especially when I found sambal. that's was my favorite one. I can't imagine how terrible it is when I ate without the small thing but really give me sensation in my tongue.
mungkin terkesan lebay ya? tapi memang itulah selera lidahku. kalau iklan di indonesia menyebutkan "apapun makanannya, minumnya teh botol sosro", maka aku memberikan take line untuk selaraku ini "apapun makanannya, harus ada sambal terasi yang menyertainya" hahaha ^^
Dulu juga pernah sekali waktu saat aku makan siang disalah satu rumah makan yang ada di kota Pontianak, aku memesan semua jenis sambal yang disajikan di sana. mulai dari sambal cabe hijau, cabe merah, terasi, sambal mangga, sambal ulek, sambal mentah, dan masih banyak lagi yang jumlah semuanya ternyata ada 11 sambal. seperti kalap saja rasanya saat melihat benda imut nan sensasional itu melingkar di piring makanku. rasanya, kalau sudah seperti itu aku tidak memerlukan lauk dan sayur lagi sebagai teman nasi putihku itu.
makanya karena aku sudah terbiasa dengan cita rasa makanan yang seperti itu, saat aku berada di Eropa sekarang, aku sedikit kewalahan untuk mencari teman makan yang pas. belum lagi dirumah ini mereka tidak makan sambal. kata emak ga baik untuk perut kita kalau terlalu sering makan pedas.
iya, aku tau, tapi entah mengapa aku sudah terlanjur jatuh hati dengan rasa pedas itu sendiri. kalau tidak ada sambal rasanya semua seperti hambar. hampir sama seperti hidup.
Tiba-tiba aku jadi kangen Indonesia. aku kangen ibuku, aku kangen masakannya, aku juga kangen sambal terasi buatannya. tapi sejago-jagonya ibuku membuat sambal, tetap sambal buatan nenekku lah yang paling the best.
beberapa bulan yang lalu, aku sempat ngobrol sebentar via telpon dengan beliau saat ibuku tengah mengunjunginya. beliau bertanya kepadaku. "betah ndok neng kono?". ya keluarga dari pihak ibuku adalah orang jawa.
"betah gak betah harus betah mbok" aku menimpali ucapannya sambil tersenyum dari sini. meskipun aku tau beliau pasti tidak bisa melihat senyumku ini.
"mbok, sesok nek aku wes muleh, gawekke kulop, sambel, karo jangan tewel nggeh. neng kene ora pernah nemu". bahasa Jawaku sepertinya sudah mulai payah sekarang. mungkin karena memang sudah lama aku tidak pernah menggunakannya sebagai alat untuk berkomunikasi. paling ya hanya sesekali saja dalam setahun saat aku berkunjung ke rumah nenekku itu. dan memang makanan favorit saat aku bermain kesana adalah sambal, daun singkong rebus, serta sayur nangka yang sudah dihangatkan berkali-kali sampai terlihat seperti hangus. nenekku sendiri terkadang suka heran, ini anak makanan kesukanya kok ya aneh. tapi meskipun begitu beliau selalu saja membuatkannya saat aku berkunjung kesana. lalu aku akan sukses menambah nasiku beberapa kali setelah itu.
"iyo.. sesok nek awakmu wes teko tak gawekke kabeh. mulane gek ndang muleh teros dolan rene yo"
lagi-lagi aku kembali tersenyum. sudah tidak sabar rasanya aku ingin merasakan masakan super duper enak buatan nenekku tersebut.
ah... semoga saja beliau selalu dalam lindungan Allah. dari sini aku hanya bisa mendoakan yang terbaik buat seluruh keluargaku. semoga saja kami masih punya kesempatan untuk itu.
Seketika aku melirik koper yang ada di sudut kamar.
Sebentar lagi ya, sabar... :)
"orang di sini kalau ngopi memang jarang pakai gula, Nia"
Oo.. aku mengerti. setidaknya saat kejadian di akhir bulan Juni tahun lalu menyadarkanku saat kami sekeluarga hendak terbang ke Turkey untuk melakukan summer holiday. saat masih berada di bandara internasional Schipol sambil menunggu waktu keberangkatan, babe menawariku kopi yang beliau pesan di Starbuck coffe. yang ada difikiranku saat itu adalah kopi yang akan aku minum nanti pastilah sama seperti kopi-kopi yang ada di Indonesia, atau setidaknya di warung-warung kaki lima Indonesia. manis. makanya akupun memesan ukuran medium karena melihat jadwal keberangkatan yang ternyata masih harus menunggu selama 1 jam lagi. setidaknya ukuran 1 gelas medium itu bisa menjadi teman menungguku.
kopi sudah ditangan, babe yang mengambilkannya untukku dari meja kasir saat beliau sekalian membayarnya. akupun mulai menyeruput perlahan karena itu memang masih panas. tapi betapa terkejutnya aku saat apa yang aku minum itu ternyata terasa pahit.
yaks... pahit banget ! aku bergumam dalam hati. kenapa tidak di kasi gula sih?
kopi sudah terlanjur di tangan, dan kamipun juga sudah terlanjur menjauh dari kedai minuman cepat saji tersebut. aku tidak mau ketinggalan rombongan keluarga ini kalau aku harus kembali lagi hanya untuk meminta gula.
ah.. sudahlah. nikmati saja apa yang ada. toh ada atau tanpa gula sekalipun aku tidak terlalu doyan kopi.
Lalu lain lagi dengan cerita saat makan malam tiba. biasanya memang hanya pada waktu inilah kami semua akan berkumpul di meja makan setelah semua orang selesai dari aktivitas rutinnya. dulu waktu masih di bulan-bulan pertama kedatanganku, lidahku tentu saja masih kaget dengan berbagai varian rasa makanan yang jelas-jelas sangat berbeda dengan apa yang biasanya ibuku buat di Indonesia. dan bahkan dari namanya saja terkadang aku masih kerepotan menyebutkannya. yang aku tau hanyalah jenis dari masakan yang biasanya kami buat berasal dari negara mana. that's it.
memang lidah Indonesia ku ini tetap tidak bisa dibohongi. sudah 8 bulan sekalipun, aku tetap tidak pernah menggilai masakkan-masakan dari benua Eropa ini. bagiku, the best foods in the world is all the foods from Indonesia, especially when I found sambal. that's was my favorite one. I can't imagine how terrible it is when I ate without the small thing but really give me sensation in my tongue.
mungkin terkesan lebay ya? tapi memang itulah selera lidahku. kalau iklan di indonesia menyebutkan "apapun makanannya, minumnya teh botol sosro", maka aku memberikan take line untuk selaraku ini "apapun makanannya, harus ada sambal terasi yang menyertainya" hahaha ^^
Dulu juga pernah sekali waktu saat aku makan siang disalah satu rumah makan yang ada di kota Pontianak, aku memesan semua jenis sambal yang disajikan di sana. mulai dari sambal cabe hijau, cabe merah, terasi, sambal mangga, sambal ulek, sambal mentah, dan masih banyak lagi yang jumlah semuanya ternyata ada 11 sambal. seperti kalap saja rasanya saat melihat benda imut nan sensasional itu melingkar di piring makanku. rasanya, kalau sudah seperti itu aku tidak memerlukan lauk dan sayur lagi sebagai teman nasi putihku itu.
makanya karena aku sudah terbiasa dengan cita rasa makanan yang seperti itu, saat aku berada di Eropa sekarang, aku sedikit kewalahan untuk mencari teman makan yang pas. belum lagi dirumah ini mereka tidak makan sambal. kata emak ga baik untuk perut kita kalau terlalu sering makan pedas.
iya, aku tau, tapi entah mengapa aku sudah terlanjur jatuh hati dengan rasa pedas itu sendiri. kalau tidak ada sambal rasanya semua seperti hambar. hampir sama seperti hidup.
Tiba-tiba aku jadi kangen Indonesia. aku kangen ibuku, aku kangen masakannya, aku juga kangen sambal terasi buatannya. tapi sejago-jagonya ibuku membuat sambal, tetap sambal buatan nenekku lah yang paling the best.
beberapa bulan yang lalu, aku sempat ngobrol sebentar via telpon dengan beliau saat ibuku tengah mengunjunginya. beliau bertanya kepadaku. "betah ndok neng kono?". ya keluarga dari pihak ibuku adalah orang jawa.
"betah gak betah harus betah mbok" aku menimpali ucapannya sambil tersenyum dari sini. meskipun aku tau beliau pasti tidak bisa melihat senyumku ini.
"mbok, sesok nek aku wes muleh, gawekke kulop, sambel, karo jangan tewel nggeh. neng kene ora pernah nemu". bahasa Jawaku sepertinya sudah mulai payah sekarang. mungkin karena memang sudah lama aku tidak pernah menggunakannya sebagai alat untuk berkomunikasi. paling ya hanya sesekali saja dalam setahun saat aku berkunjung ke rumah nenekku itu. dan memang makanan favorit saat aku bermain kesana adalah sambal, daun singkong rebus, serta sayur nangka yang sudah dihangatkan berkali-kali sampai terlihat seperti hangus. nenekku sendiri terkadang suka heran, ini anak makanan kesukanya kok ya aneh. tapi meskipun begitu beliau selalu saja membuatkannya saat aku berkunjung kesana. lalu aku akan sukses menambah nasiku beberapa kali setelah itu.
"iyo.. sesok nek awakmu wes teko tak gawekke kabeh. mulane gek ndang muleh teros dolan rene yo"
lagi-lagi aku kembali tersenyum. sudah tidak sabar rasanya aku ingin merasakan masakan super duper enak buatan nenekku tersebut.
ah... semoga saja beliau selalu dalam lindungan Allah. dari sini aku hanya bisa mendoakan yang terbaik buat seluruh keluargaku. semoga saja kami masih punya kesempatan untuk itu.
Seketika aku melirik koper yang ada di sudut kamar.
Sebentar lagi ya, sabar... :)
mb sebulum brgkt au pair.. kuliah di indo ny cuti atau gimana? cara ngebujuk biar dpt restu org tua jg gmn? :')
ReplyDeleteIya mb, saya ambil cuti untuk kuliahnya di Indo.
ReplyDeletenah kalau urusan ngebujuk, saya malah ga ngebujuk sama sekali. hehe
terimakasih sudah mampir baca ^^