Hanya menggerutu

Pada saat kecil mungkin kita akan sangat sering sekali mendengar pertanyaan seperti ini.
"nanti kalau udah besar cita-citanya mau jadi apa dek?"
sebuah pertanyaan yang secara tidak langsung menuntut si anak untuk berfikir agar memiliki gambaran tentang bagaimana masa depannya nanti dan akan jadi apa ia di kemudian hari, lalu orientasinya pun akan cenderung membawa kita kepada sebuah profesi.
lalu si anak yang ditanya pun akan dengan polos dan yakin menyebutkan bahwa ia ingin menjadi seorang dokter, polisi, atau bahkan presiden.
itu bukanlah pertanyaan yang salah, dan jawaban si anak juga tidak sepenuhnya salah. setidaknya itu yang terjadi pada anak-anak yang hidup di jaman bukan milenium atau yang lebih pas lagi untuk anak-anak yang hidup dikalangan masyarakat menengah ke bawah di daerah-daerah. apa yang menjadi jawaban atas pertanyaan yang mereka dapatkan pada saat itu kemungkinan besar mengacu dengan apa yang mereka lihat dan yang menjadi contoh saat itu juga, meski sebenarnya mereka sendiri belum mengerti bagaimana 'susahnya' menjadi orang-orang yang berada pada posisi yang mereka idam-idamkan tersebut.
betapa hebatnya seorang dokter yang bisa mengobati orang sakit, betapa gagahnya seorang polisi yang bisa menegakkan hukum dengan tegas, dan betapa berwibawanya seorang presiden sehingga ia ditakuti dan disegani oleh masyarakatnya.
mungkin itulah beberapa pandangan yang ada dalam imajinasi seorang anak pada waktu dulu. dengan pola pikir yang masih sederhana dan tanpa tau apa-apa, mereka hanya memimpikan untuk bisa menjadi seorang 'super hero' keren pada masanya nanti. terlepas itu akan terwujud atau tidak.

menjadi seseorang yang 'diidolakan' itu bukanlah sebuah hal yang mudah. apalagi untuk menjadi seorang idola yang nantinya akan di lihat dan dicontoh setiap gerak-geriknya, seorang idola yang juga akan menjadi panutan dari sudut kaca mata kecil sang penerus bangsa. maka sebisa mungkin mereka akan dituntut untuk bisa terlihat luput dari kesalahan agar image yang melekat pada dirinya bisa tetap terjaga dengan baik.
namun sayangnya, hanya sedikit dari 'idola anak-anak' tersebut yang memahami. hanya sedikit pula dari mereka-mereka ini yang bisa memberikan apa yang seharusnya mereka berikan, bukan yang mereka dapatkan untuk kepentingan pribadi.
Aku tidak ingin membicarakan siapapun dalam pandanganku menilai warna-warni yang terjadi di kehidupan para idola sekarang. cukuplah aku melihat, memahami, dan mempelajari dari setiap hal yang aku lakukan tersebut. dan rasanya, aku sendiri juga memang tidak pernah pantas untuk mengomentari banyak hal.  

Ah.... rasanya tulisan ini akan semakin sulit dilanjutkan jika harus membicarakan bagaimana kondisi sang idola saat ini. bukan hanya di negaraku saja, tapi juga di negara-negara lain yang juga tidak kalah bobroknya.
inilah kondisi dimana suatu kaum tidak lagi disatukan oleh pemahaman yang satu, maka semuanya akan terpecah belah. sebuah kondisi yang juga memperlihatkan bagaimana seseorang akan lebih banyak bersifat hedonisme lalu beramai-ramai menyalahgunakan amanah yang telah mereka terima.
sungguh menjadi idola itu tidaklah gampang.
beruntungnya aku yang rasanya tidak pernah memiliki jawaban atas pertanyaan "cita-citanya mau jadi apa nanti?"
setidaknya aku terselamatkan dari tindakan mengidolakan orang yang salah pada saat aku masih belum mengerti apa-apa.


Comments

Popular posts from this blog

AU PAIR

Words of affirmation

Turkey, dan Yang Perlu Kamu Tahu !