Wanita dan tanda-tanda
Aku ini wanita.
Sama sepertimu, dia, juga mereka.
Aku juga punya rasa yang sama. Empatiku dan belas iba jelas mengaju pada hati, bukan dari dominan bermain logika.
Itulah sebabnya kami begitu peka pada tanda-tanda.
Dan pria, seringnya hanya akan sibuk menerka-nerka.
Entah sudah berapa kali aku menuliskan ini.
Entah sudah berapa kali pula kuberikan tanda melalui semua ini.
Sudahkah kamu membacanya dengan teliti?
Aku ini wanita.
Yang bisa kuberikan hanyalah tanda-tanda.
Tugasmu, bijaklah untuk mengartikan maksudnya.
Telah kusampaikan pada jarak dan waktu yang berbeda.
Kusampaikan pula pada dedaunan yang gugur tertiup angin, pada lagu, pada gambar, pada bahasa, pada bunga, pada hijau, pada biru, pada senja, pada laut, pada langit.
Lalu..... pada hujan, si pemberi tanda sebenarnya.
Masihkah kamu belum mengerti?
Akan kubagikan sebuah rahasia kecil ini untukmu.
Kami, para wanita, terlatih untuk tidak biasa banyak bicara.
Kami malu-malu, meski tak jarang kami begitu berambisi atasnya.
Kami dilahirkan untuk dipilih, bukan memilih.
Kami, dengan sedikit ucap itu, ternyata menyimpan ribuan pengharapan didalamnya.
Kami terbiasa menunggu, memendam, lalu menangis.
Masihkah kamu belum memahami tandaku?
Sama sepertimu, dia, juga mereka.
Aku juga punya rasa yang sama. Empatiku dan belas iba jelas mengaju pada hati, bukan dari dominan bermain logika.
Itulah sebabnya kami begitu peka pada tanda-tanda.
Dan pria, seringnya hanya akan sibuk menerka-nerka.
Entah sudah berapa kali aku menuliskan ini.
Entah sudah berapa kali pula kuberikan tanda melalui semua ini.
Sudahkah kamu membacanya dengan teliti?
Aku ini wanita.
Yang bisa kuberikan hanyalah tanda-tanda.
Tugasmu, bijaklah untuk mengartikan maksudnya.
Telah kusampaikan pada jarak dan waktu yang berbeda.
Kusampaikan pula pada dedaunan yang gugur tertiup angin, pada lagu, pada gambar, pada bahasa, pada bunga, pada hijau, pada biru, pada senja, pada laut, pada langit.
Lalu..... pada hujan, si pemberi tanda sebenarnya.
Masihkah kamu belum mengerti?
Akan kubagikan sebuah rahasia kecil ini untukmu.
Kami, para wanita, terlatih untuk tidak biasa banyak bicara.
Kami malu-malu, meski tak jarang kami begitu berambisi atasnya.
Kami dilahirkan untuk dipilih, bukan memilih.
Kami, dengan sedikit ucap itu, ternyata menyimpan ribuan pengharapan didalamnya.
Kami terbiasa menunggu, memendam, lalu menangis.
Masihkah kamu belum memahami tandaku?
Comments
Post a Comment