Empat Musim

Summer, 2013.
Aku berdiri menyambut panas matahari pagi dari sisi jendela. Kata mereka, ini adalah saat-saat yang dinanti. Saat dimana semua orang bebas keluar rumah tanpa harus diribetkan dengan pakain tebal, sepatu boot, serta syal yang melilit di sela-sela leher. 'Musim panas adalah yang terbaik, kami bisa menggunakan pakain favorit kami sesuka hati', setidaknya itu yang biasa mereka ucapkan. Di beberapa tempat seperti taman dan pantai, ada juga yang sedang asik berkumpul untuk menghangatkan badan, bercengkrama, serta melakukan banyak aktivitas bersama. Tidak satupun dari mereka yang akan menghabiskan waktunya di dalam rumah. Kesempatan seperti ini tidak akan datang sepanjang tahun di tempat ini, pancaran matahari hangat juga hanya akan bertahan beberapa bulan kedepan saja. Maka saat terbaik untuk melakukan semuanya adalah sekarang. Saat alam begitu bersahabat mengizinkan mereka menikmati kehangatan dunia.

Autumn, 2013.
Aku masih memperhatikan dari tempat yang sama. Hilang sudah cahaya jingga kemerahan yang biasanya muncul dari sela-sela pepohonan pagi hari. Cahaya kehangatan yang biasanya juga menyambutku untuk memulai hari tanpa rasa yang berbeda. Kini lihatlah, beberapa dedaunan itu telah berubah warnanya lalu jatuh satu persatu karna menua. Tidak banyak, namun pasti. Tidak cepat, namun pasti akan terjadi. Sesuatu yang belum pernah kulihat sebelumnya. Pakain-pakain tipis itu juga sudah harus ditinggalkan. Terpaan angin yang kadang datang bersama hujan menghantam daun-daun itu lepas dari tangkainya. Sekuat apapun ia bertahan, alam tetap menginginkan semua berjalan sesuai hakikatnya. Lambat laun semuanya mulai berubah. Hijau itu kini telah menjelma menjadi gradasi warna yang berbeda. Cantik, teramat cantik bahkan. Aku selalu suka berada diantaranya. Kurelakan semilir angin dingin itu menyeruak masuk. 'Hey, sudah saatnya menggunakan jaket tebal. Lihatlah sekelilingmu. Mereka juga melakukan hal yang sama. Bukankah dari dulu suasana seperti inilah yang kau tunggu?'. Musim panas itu telah berlalu. Sudah saatnya menyesuaikan diri pada perubahan yang baru. Berjalan diantara terpaan angin dan dedaunan yang jatuh menimpamu.

Winter, 2014.
Aku semakin sering melihat tepian jendela, berharap butiran-butiran putih nan halus itu datang menyapaku saat membuka mata. Kabut itu kini telah mengganti semburat jingga pagi hari. Tidak ada lagi keceriaan burung-burung yang berkicau dan bernyanyi. 'Ma, anakmu kini tengah menunggu salju yang katanya akan segera datang. Sudah kulewati teriknya matahari musim panas dan cantiknya dedaunan kuning yang berjatuhan di musim gugur. Sudah banyak pula waktu yang mengganti hari juga kenangan'. Kini pakain tempurku semakin lengkap. Alam mengenalkanku pada keadaan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Jaket tebal sudah tergantung beberapa. Syal, sarung tangan, dan sepatu boot juga menjadi andalanku saat harus bepergian keluar rumah. Dingin ini luar biasa. Aku tidak pernah membayangkan bahwa musim dingin itu akan sesakit ini. Dulu, dulu sekali, aku selalu membayangkan bagaimana semua ini akan terjadi. Nyatanya, kini aku berada diantaranya. Tapi semua orang justru lebih suka berada di dalam rumah, mencari kehangatan, mencari perlindungan, dari hadiah cantik yang telah Allah berikan.

Spring, 2014.
Tiada musim yang mampu menggeser posisiku dari sisi jendela itu. Sepertinya semua sudah mau untuk kembali hadir. Perlahan semilir angin pembawa kehangatan itu juga mulai merapat hingga ke ruangan yang dulunya terlihat haus akan udara segar. Beberapa tumbuhan yang dulunya mati, kini juga telah berganti dengan tunas-tunasnya yang baru. Burung-burung itu juga hadir semakin riang menyanyikan lagu-lagu penyemangat alam. Aku menatap langit dengan seulas senyum, kabut tebal yang selalu menutupi hari itu telah berganti dengan nuansa warna yang lebih menggoda. Ah.. betapa cantiknya ciptaanMu ini, Kau hilangkan yang sudah seharusnya pergi dan menggantinya dengan yang semestinya datang. Apa lagi yang harus aku risaukan setelah ini? Tunas-tunas baru itu sudah lebih dulu memulai perjuangannya, menatap kedepan demi hidup yang penuh dengan keceriaan. Lihatlah, mereka tersenyum. Kembali memulai hari yang semestinya terjadi.

Empat Musim, 2015.
Kini tidak ada lagi jendela yang masih sama. Empat musim itu juga sudah tidak akan terjadi lagi dibenua tempatku berada. Tapi taukah apa yang begitu membuatku mengenang lagi semuanya?

Aku, kamu, juga kalian, sudah lebih banyak melewati pergantian musim kehidupan. Dari susah lalu senang, suka lalu duka, tawa lalu tangis, datang lalu pergi, hilang lalu datang, gagal lalu berhasil, miskin lalu kaya, kecewa lalu bahagia, dan semua fase perubahan dalam hidup yang akan selalu berjalan terus dan terus. Apakah semua itu berhasil dihadapi? Jawabannya "iya". Setiap perubahan itu ada masanya, dan masa akan selalu membawa kita pada perubahan. Buktinya, kini Aku, kamu, juga kalian tengah berada pada fasenya masing-masing dan berhasil meninggalkan yang telah berlalu. Percayakah bahwa kita berhasil melakukannya?? Menolehlah sebentar ke belakang :)

Lihatlah Summer yang telah mengajarkan rasanya bahagia. Bersuka cita menikmati masa-masa paling 'aman' dari empat musim yang telah berlalu. Menghabiskan hampir separuh waktu untuk berada diluar rumah, melakukan berbagai kegiatan tanpa kendala alam.
Lihatlah Autumn yang telah mengajarkan rasanya bersyukur. Nyatanya, tidak semua bahagia itu akan menjadi abadi. Ada kalanya ia hilang dan meninggalkanmu pergi. Seperti daun yang jatuh, ia tidak pernah menaruh rasa benci pada angin.
Lihatlah Winter yang telah mengajarkan rasanya kekuatan. Meski menjadi yang ditinggalkan tidaklah pernah berjalan dengan mudah, ia selalu bisa bertahan dengan keadaan dan tak mudah untuk menyerah. Terpaan angin dingin itu dihadapi, ujian berat itu juga dijalani.
Dan lihatlah Spring yang telah mengajarkan rasanya hidup kembali. Allah tidak pernah benar-benar meninggalkanku, kamu, juga kalian pada keterpurukan yang abadi. Setelah cobaan terberat sekalipun yang datang menghampiri, pada akhirya Ia akan tetap menggantinya dengan semangat kehidupan yang lebih baik lagi. Percayalah..


Each new season grows from the leftovers from the past. That is the essence of change, and change is the basic law. ~Hal Borland




Comments

Popular posts from this blog

AU PAIR

Words of affirmation

Turkey, dan Yang Perlu Kamu Tahu !