Damri dan Pipi Tembem

Pinggiran jalan itu berdebu, amat sangat berdebu bahkan. Hanya karena malam yang menyembunyikannya di balik gelap, butiran-butiran halus yang konon banyak membawa serta virus itu tersamarkan. Lihatlah tangan-tangan kecil itu menyentuh lembut kedua sisi pipiku. mencubitnya perlahan dengan ekspresi muka geram. Hal itu ia tunjukkan dengan memajukan kedua bibirnya kedepan. Tepat dipinggiran jalan tak jauh dari terminal, tempat para bus-bus besar maupun kecil mulai berjajar sebelum pergi menghantar ke tujuan.

Samar-samar lampu jalanan serta sorot kendaraan yang berlalu lalang menghujam pandangan. Ia menepi, begitu juga aku. Kuarahkan tangan mungil itu menjauh dari badan jalan. Aku tau, antusiasnya yang begitu besar sejak dulu selalu mengalahkan rasa takutnya pada bahaya. Anak-anak, memang tidak pernah memprioritaskan rasa takut demi sebuah keingintahuan dan rasa penasarannya.

Ia berujar dengan lantang, masih menggenggam erat tangan kiriku yang tadi menariknya.
"Faton nanti naik bis damyi yoyay ke Pontianak" (Please read : Fathan nanti naik bis damri royal ke Pontianak)
Aku tersenyum menimpali ucapannya. "Iya, nanti pasti bisa naik bis damri royal kalau ke Pontianak".
Pandanganku seketika mengarah ke petugas yang tengah membereskan perbekalan di dalam bus besar warna merah tersebut. Aku kembali menarik lengan mungilnya.
"Yuk, mau nyoba naik bus damri royalnya kan?"
Tanpa pikir panjang ia langsung mengangguk tanda persetujuan telah di dapat. Tak perlu waktu lama, kini kami sudah berada tepat di pintu masuk bus setelah resmi mendapatkan izin untuk melihat-lihat bagian dalamnya. kami melintasi beberapa baris kursi. mata kecilnya itu menunjukkan kesan takjubnya pada interior yang ada di dalam bus tersebut. Jari jemarinya juga lincah menyentuh sisi-sisi kursi di sepanjang koridor bus.
"Bis damyinya bagus, besal, banyak kulsinya kan kak?"
"Iya bagus, Fathan suka?"
Lagi, ia mengangguk dengan binar mata kebahagiaan di sana.

kusudahi waktu-waktu berharga itu. Kini tubuh kami sempurna telah kembali di sebrang jalan. Ini waktuku. Bunyi klakson nyaring itu nyaris memekakkan malam. Sudah waktunya aku berangkat, meninggalkan ia yang masih dengan pesona wajah puas bercampur bangga karena telah berhasil mencoba duduk di salah satu kursi bus damri tadi.

"Give me some kiss then, on the left cheek, right, brow, and nose"
Tak butuh waktu lama, kini dia sempurna mendaratkan rasa sayangnya di seluruh wajah. Kembali mencubit geram dan bergumam pipi tembem, menyatukan kedua kening yang tadinya terhalang oleh jilbab, serta berbalas manja antara si empunya hidung pesek dan tidak pesek.
Hahaha.. perpisahan semacam apakah ini? Nyatanya itu justru membuatku akan semakin rindu dengan segala polah nakal dan pintarnya.
Aaaah... rasanya aku hanya ingin lebih lama menghabiskan waktu liburku bersama mereka.
The place where the heart must to be.


Comments

  1. Thanks ya infonya, sebenarnya berbagai jenis pipi itu bagus,, tapi kalo punya Sebenarnya lesung pipi itu membuat wanita semakin cantik saja. hihi pingin dunk punya lesung pipi biar imut :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

AU PAIR

Words of affirmation

Turkey, dan Yang Perlu Kamu Tahu !