Posts

Showing posts from March, 2015

Wanita dan tanda-tanda

Aku ini wanita. Sama sepertimu, dia, juga mereka. Aku juga punya rasa yang sama. Empatiku dan belas iba jelas mengaju pada hati, bukan dari dominan bermain logika. Itulah sebabnya kami begitu peka pada tanda-tanda. Dan pria, seringnya hanya akan sibuk menerka-nerka. Entah sudah berapa kali aku menuliskan ini. Entah sudah berapa kali pula kuberikan tanda melalui semua ini. Sudahkah kamu membacanya dengan teliti? Aku ini wanita. Yang bisa kuberikan hanyalah tanda-tanda. Tugasmu, bijaklah untuk mengartikan maksudnya. Telah kusampaikan pada jarak dan waktu yang berbeda. Kusampaikan pula pada dedaunan yang gugur tertiup angin, pada lagu, pada gambar, pada bahasa, pada bunga, pada hijau, pada biru, pada senja, pada laut, pada langit. Lalu..... pada hujan, si pemberi tanda sebenarnya. Masihkah kamu belum mengerti? Akan kubagikan sebuah rahasia kecil ini untukmu. Kami, para wanita, terlatih untuk tidak biasa banyak bicara. Kami malu-malu, meski tak jarang kami begitu bera...

Time Change, People Change

Sabtu malam, tepat diantara hiruk pikuk lalu lalang. Entah aku yang telah berubah menjadi semakin tua atau apa. Entah aku yang tak lagi menjadi kekinian atau apa. Entah aku yang lebih memilih sendiri atau apa. Nyatanya, malam-malam yang paling banyak di gandrungi para remaja atau yang katanya para pemuda seperti ini sudah tak lagi aku senangi. Semacam asing akan keramain lampu kota, berisik suara kendaraan, atau asap serta debu jalanan. Mungkin memang aku yang sudah tak lagi sama. Hawa dingin angin malam serta meriahnya sajian kehidupan petang sudah bukan lagi menjadi pariwisata. Aku dibuat risih, aku dibuat tak nyaman, aku juga dibuat tak betah oleh diriku sendiri. Aku sudah tak lagi membeda-bedakan hari. Bagiku, malam kini hanya akan tetap menjadi malam. Tempat dimana ide-ide dan kegalaun terbang berhamburan. Aku melihat mereka yang tumbuh. Mereka yang kini menjadi seperti aku yang dulu. Jangan tanyakan perihal malam minggu kepadaku. Aku membencinya karena beberapa a...

Why I'm writing?

I write because I have an innate need to write. I write because  I can't do normal work as other people do. I write because I want to read books like the ones I write. I write because I am angry at everyone. I write because I love sitting in a room all day writing. I write because I can partake of real life only by changing it. I write because I want others, the whole world, to know what short of life we lived, and continue to live, in Istanbul, in Turkey. I write because I love the smell of paper, pen, and ink. I write because I believe in literature, in the art of the novel, more than I believe in anything else. I write because it is a habit, a passion. I write because I am afraid of being forgotten. I write because I like the glory and interest that writing brings. I write to be alone. Perhaps I write because I hope to understand why, I am so very, very angry with everyone. I write because I like to be read. I write because once I have begun a novel, an es...

Turkey, dan Yang Perlu Kamu Tahu !

Image
Lazimnya berada di negara orang yang belum pernah kamu kunjungi sebelumnya, ada baiknya untuk mencari tahu terlebih dulu beberapa hal mendasar yang berkaitan dengan tempat tersebut. Dari situ, paling nggak kamu akan memahami bagaimana seharusnya bersikap di tempat baru, karena nantinya kamu nggak akan terkejut lagi dengan hal-hal ‘aneh’ yang akan ditemui. Setiap negara manapun yang baru pertama kali   dikunjungi, pastilah punya ciri khas yang sangat berbeda dengan negara asal kita. Akan ada banyak pula kejadian-kejadian yang bisa membuat kamu terheran-heran sambil melongo. Percaya deh ! Ini adalah sedikit cerita saat aku berada di Turkey, masih tentang cerita-cerita perjalananku selama pernah menghabiskan waktu 3 minggu di sana. Aku ingin membagi beberapa kisah menarik. Pengalaman yang kamu juga perlu tahu. Semoga kita semua bisa belajar dari pengalaman ini ya J Pertama . Bermula dari keinginanku untuk melakukan shalat taraweh pertama kali di sini. Rugi dong udah jauh-...

It's Your Time My Little Bro !

Dulu aku juga seusianya, saat harus melakukan perjalanan pertama seorang diri. 14 tahun, terbilang cukup muda untuk melewatkan hampir 10 jam perjalanan bersama orang-orang yang belum pernah ku kenal sebelumnya. Ditambah lagi aku ini perempuan, orang tua mana yang tak resah jika membiarkan anak gadisnya yang masih kecil berkelana jauh tanpa dampingan mereka? Tapi inilah didikan yang telah diajarkan untukku, menjadi anak pertama adalah alasan kuat mengapa aku harus belajar mandiri dari usia dini. Kini seolah mengulang sejarah, ia juga melakukan hal yang sama sepertiku. Untuk pertama kalinya anak laki-laki di keluarga ini menghabiskan waktu berbilang jam seorang diri. Melakukan perjalanannya juga tanpa dampingan dari orang-orang yang ia ketahui sebelumnya. Harusnya aku tak seheboh ini. Menanyakan banyak hal yang seolah-olah terlalu mencemaskannya, memastikan semuanya agar berjalan dengan baik. ' barang-barangnya jangan sampai ada yang ketinggalan ya, nanti kalau kelaparan di jalan...

Sebutlah ini Sebuah Pesan

Tiba-tiba sebuah pesan singkat itu masuk. Isinya tidak pernah lebih panjang dari satu paragraf. Atau jika sedang berkenan hati, sebuah gambarlah yang akan kau hadirkan sebagai pemberi kabar. Tak terhitung jeda, kau sering kali muncul di waktu-waktu yang tak terduga. Kau ingat pesan singkat pada daun kuning yang selalu berjatuhan meski bukan pada musim gugur? Ternyata aku sama sepertimu, tersenyum saat melihatnya, tepat saat ia melintas dihadapanku. Lalu pada pesan singkat yang lain, aku juga mengingatnya. Musim hujan selalu jadi pertanda bahwa aku yang tanpa disengaja atau tidak, selalu melakukan apa yang pernah kau katakan. Wahai kamu si pemberi kejutan. Sudah tak terhitung lagi berapa sering aku menimbang-nimbang semua isi pesanmu. Seringkali aku juga tak ayal kau buat bingung dari cerita-ceritamu. Seperti yang pernah kau katakan sebelumnya tentang lukisan abstrak, you're different from other.  Nyatanya, kita memiliki cara pandang yang sama tentang hakikat menilai seseoran...

Empat Musim

Image
Summer, 2013. Aku berdiri menyambut panas matahari pagi dari sisi jendela. Kata mereka, ini adalah saat-saat yang dinanti. Saat dimana semua orang bebas keluar rumah tanpa harus diribetkan dengan pakain tebal, sepatu boot, serta syal yang melilit di sela-sela leher. ' Musim panas adalah yang terbaik, kami bisa menggunakan pakain favorit kami sesuka hati', setidaknya itu yang biasa mereka ucapkan. Di beberapa tempat seperti taman dan pantai, ada juga yang sedang asik berkumpul untuk menghangatkan badan, bercengkrama, serta melakukan banyak aktivitas bersama. Tidak satupun dari mereka yang akan menghabiskan waktunya di dalam rumah. Kesempatan seperti ini tidak akan datang sepanjang tahun di tempat ini, pancaran matahari hangat juga hanya akan bertahan beberapa bulan kedepan saja. Maka saat terbaik untuk melakukan semuanya adalah sekarang. Saat alam begitu bersahabat mengizinkan mereka menikmati kehangatan dunia. Autumn, 2013. Aku masih memperhatikan dari tempat yang sama. Hi...

Perihal ini Kunamai Cinta

Sebenarnya tema ini sangat berat untuk ditulis. Sangat sulit pula untuk menemukan pemecahan yang benar-benar pas kepada siapapun pelakunya. Sesuatu yang terkadang sangat menyita hati dan pikiran sebelum akhirnya memutuskan pilihan. Ini tentang mencintai dan dicintai. Jika dua kata itu dikondisikan pada sesuatu yang tepat pada tempatnya, maka sungguh hanya kata bahagia dan syukurlah yang akan selalu dirasa. Makhluk Allah mana yang tidak menyukai perasaan ini? mencintai dan dicintai oleh orang yang tepat lagi halal. Bahkan bagi makluk tak berfikiran sekalipun menjadi diperlakukan amat istimewa dengan penuh rasa cinta akan menjadi sebuah kebahagian yang tak terkira. Nyatanya, apa-apa yang terlihat indah itu tidak mudah untuk diraih. Selalu ada perjuangan serta kisah lain yang melatarbelakanginya. Sama seperti mencintai sang pencipta, bukankah tidak semua dari kita mampu untuk benar-benar mengaplikasikannya tanpa ada pembuktian nyata? bukankah cinta padaNya juga perlu tindakan yang buk...

Damri dan Pipi Tembem

Pinggiran jalan itu berdebu, amat sangat berdebu bahkan. Hanya karena malam yang menyembunyikannya di balik gelap, butiran-butiran halus yang konon banyak membawa serta virus itu tersamarkan. Lihatlah tangan-tangan kecil itu menyentuh lembut kedua sisi pipiku. mencubitnya perlahan dengan ekspresi muka geram. Hal itu ia tunjukkan dengan memajukan kedua bibirnya kedepan. Tepat dipinggiran jalan tak jauh dari terminal, tempat para bus-bus besar maupun kecil mulai berjajar sebelum pergi menghantar ke tujuan. Samar-samar lampu jalanan serta sorot kendaraan yang berlalu lalang menghujam pandangan. Ia menepi, begitu juga aku. Kuarahkan tangan mungil itu menjauh dari badan jalan. Aku tau, antusiasnya yang begitu besar sejak dulu selalu mengalahkan rasa takutnya pada bahaya. Anak-anak, memang tidak pernah memprioritaskan rasa takut demi sebuah keingintahuan dan rasa penasarannya. Ia berujar dengan lantang, masih menggenggam erat tangan kiriku yang tadi menariknya. "Faton nanti ...