Bagaimana Perjalanan Seharusnya
Lupakan sejenak carut marut negara yang katanya bereformasi. Nyatanya, KPK Vs Polri juga tidak bisa dihalangi. Otoritas negara yang katanya RI juga mulai bergidik ngeri. Cela-bela atas nama penguasa pun mengarah ke Jokowi. Mungkin sekarang saatnya pak Beye yang berkata dengan percaya diri, "Piye.. Sek enak jamanku too?"
Aku bukan pengamat politik. Paham soal hal yang berkaitan dengan itupun sama sekali tidak. Hanya mengikuti alur saja, toh beritanya sudah terlanjur manganga ke permukaan.
Aku bisa apa? Sejurus pertanyaan mulai berkelibat hadir atas nama kebisingan. Negeriku kini ternyata sudah jauh lebih berwarna. Berbagai macam persolaan mulai tidak dikenali lagi, mana yang murni benar, mana yang jelas salah.
Sesekali akupun sempat terlibat obrolan atas beberapa kasus yang sama sekali tidak menarik perhatian. Sekenanya, aku menimpali dengan bermalas-malasan. Toh efeknya juga akan sama saja, bukan? Jika ada yang bertanya kemana larinya pemuda Indonesia? Maka jawabannya, katakanlah : Mereka kini tengah asik berkelana. Mengenal dunia agar wajah Indonesia di 20 tahun kedepan tidak sekedar bercermin pada kaca yang sama.
Masih membekas dalam ingatan bagaimana perjalanan 8 jam itu memberi kesan yang medalam. Dalam hingar bingar kereta yang membawaku berpindah tempat, aku telah menghabiskan buku yang sama dalam waktu yang berulang. Kulihat sekitarku, mereka, dengan wajah-wajah asing juga sibuk menghabiskan waktu luangnya saat menunggu tiba di tujuan. Lalu fikiranku jauh melayang ke bumi pertiwi. Bayangkan, jarak Afrika-Asia itu tidak dekat. Nyatanya, imajinasiku masih tetap saja melekat.
Dibagian depan tempat dudukku, ada seorang pria dengan setelan rapi menggunakan jas berwarna hitam tengah asik membaca muka surat kabar. Meski dengan tulisan arab-berber yang sama sekali tak bertanda baca, yang sudah jelas pula tidak ku ketahui maknanya, aku dibuat tertarik. Sosok 2 pria yang sama-sama tengah mengacungkan jari telunjukknya ke atas kepala mereka terpampang jelas pada muka lain di halaman yang juga tidak kalah menarik. Sepertinya, kedua pria tersebut adalah sosok penting yang juga berpengaruh di negara ini. Oh... sama saja ternyata. Dominasi politik selalu saja menjadi sorotan menarik untuk disajikan sebagai berita utama.
Negeriku, negeri mereka. Sepertinya semua semakin merindukan sosok pemimpin yang ditakuti dunia. Entahlah...
Aku kembali asik menikmati perjalanan. Pemandangan di luar kaca kereta jauh lebih menarik untuk diperhatikan. Kontur wilayah yang sudah mulai beralih bentuk menjadi semakin memberikan kesan baru dalam cerita perjalanan.
Bukit-bukit terjal, lalu padang-padang tandus, serta hamparan kebun kaktus, semuanya terlalu asing untuk disia-siakan begitu saja. Aku menghidupkan sebuah kamera. Kujadikan karya nyata Tuhan ini kedalam frame layar sentuh sebagai sebuah kenang-kenangan. Nanti, sekembalinya aku ke Indonesia, akan kubagikan kisah ini kepada mereka-mereka yang haus untuk berkelana. Mereka, yang di 20 tahun akan datang nanti diberi pengharapan lebih untuk mengerti bagaimana wajah Indonesia seharusnya.
Travel as far as you can. Take a lot of lesson that you can steal. Then, bring the new experience to make a better life.- VF
Aku bukan pengamat politik. Paham soal hal yang berkaitan dengan itupun sama sekali tidak. Hanya mengikuti alur saja, toh beritanya sudah terlanjur manganga ke permukaan.
Aku bisa apa? Sejurus pertanyaan mulai berkelibat hadir atas nama kebisingan. Negeriku kini ternyata sudah jauh lebih berwarna. Berbagai macam persolaan mulai tidak dikenali lagi, mana yang murni benar, mana yang jelas salah.
Sesekali akupun sempat terlibat obrolan atas beberapa kasus yang sama sekali tidak menarik perhatian. Sekenanya, aku menimpali dengan bermalas-malasan. Toh efeknya juga akan sama saja, bukan? Jika ada yang bertanya kemana larinya pemuda Indonesia? Maka jawabannya, katakanlah : Mereka kini tengah asik berkelana. Mengenal dunia agar wajah Indonesia di 20 tahun kedepan tidak sekedar bercermin pada kaca yang sama.
Masih membekas dalam ingatan bagaimana perjalanan 8 jam itu memberi kesan yang medalam. Dalam hingar bingar kereta yang membawaku berpindah tempat, aku telah menghabiskan buku yang sama dalam waktu yang berulang. Kulihat sekitarku, mereka, dengan wajah-wajah asing juga sibuk menghabiskan waktu luangnya saat menunggu tiba di tujuan. Lalu fikiranku jauh melayang ke bumi pertiwi. Bayangkan, jarak Afrika-Asia itu tidak dekat. Nyatanya, imajinasiku masih tetap saja melekat.
Dibagian depan tempat dudukku, ada seorang pria dengan setelan rapi menggunakan jas berwarna hitam tengah asik membaca muka surat kabar. Meski dengan tulisan arab-berber yang sama sekali tak bertanda baca, yang sudah jelas pula tidak ku ketahui maknanya, aku dibuat tertarik. Sosok 2 pria yang sama-sama tengah mengacungkan jari telunjukknya ke atas kepala mereka terpampang jelas pada muka lain di halaman yang juga tidak kalah menarik. Sepertinya, kedua pria tersebut adalah sosok penting yang juga berpengaruh di negara ini. Oh... sama saja ternyata. Dominasi politik selalu saja menjadi sorotan menarik untuk disajikan sebagai berita utama.
Negeriku, negeri mereka. Sepertinya semua semakin merindukan sosok pemimpin yang ditakuti dunia. Entahlah...
Aku kembali asik menikmati perjalanan. Pemandangan di luar kaca kereta jauh lebih menarik untuk diperhatikan. Kontur wilayah yang sudah mulai beralih bentuk menjadi semakin memberikan kesan baru dalam cerita perjalanan.
Bukit-bukit terjal, lalu padang-padang tandus, serta hamparan kebun kaktus, semuanya terlalu asing untuk disia-siakan begitu saja. Aku menghidupkan sebuah kamera. Kujadikan karya nyata Tuhan ini kedalam frame layar sentuh sebagai sebuah kenang-kenangan. Nanti, sekembalinya aku ke Indonesia, akan kubagikan kisah ini kepada mereka-mereka yang haus untuk berkelana. Mereka, yang di 20 tahun akan datang nanti diberi pengharapan lebih untuk mengerti bagaimana wajah Indonesia seharusnya.
Travel as far as you can. Take a lot of lesson that you can steal. Then, bring the new experience to make a better life.- VF
Comments
Post a Comment