Ekspedisi 3 Riam

Sebuah pesan singkat hadir di sela-sela ucapan pria karismatik kelahiran 6 Juni 1901 beberapa waktu silam. Tidak panjang, namun cukup menohok. Menyisakan ribuan rupa harap bagi generasi setelahnya. Mampukah kami mengemban pintamu ini wahai Bapak kepala negeri?

"Aku tinggalkan kekayaan alam Indonesia, biar semua negara besar dunia iri dengan Indonesia, dan aku tinggalkan hingga bangsa Indonesia sendiri yang mengolahnya" - Ir.Soekarno

Aku dan beberapa pemuda lain di sudut kecil pulau Kalimantan ini hanya mampu berdecak kagum. Puluhan kilometer jalanan yag kami lalui demi untuk melihat surga kecil di belahan bumi Indonesia benar-benar telah membukakan mata. Sungguh, tidak ada yang patut untuk kami hardik akan pesonanya, tidak pula patut untuk kami rampas hanya demi kepentingan ego semata. Inilah hakikat mencintai, yaitu Ia yang menjaga.

Diantara ratusan foto yang ku buka dari sebuah folder bertuliskan Ekspedisi 3 Riam, gerak jemariku tertahan, sejurus pandangku memperhatikan wajah-wajah bahagia itu. Bergaya tepat di depan air setinggi 20 meter yang tiba-tiba berubah menjadi background kenangan dari perjalanan kali ini.
Aaah.... betapa luar biasanya perasaan ini. Sesuatu yang hanya bisa didapat bagi mereka-mereka yang mengerti, bahwa sejatinya arti dari perjalanan sesungguhnya bukanlah tentang tujuan, tapi semua yang menjadi bagian dari perjalanan itu sendiri.

Hari itu, semesta seolah mengawal perjalanan kami dengan hati-hati. Rintik hujan yang jatuh disela-selanya membawa 42 orang ini sampai dengan selamat di peraduan daerah Sanggau Ledo, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat.
Aku menyaksikan sekitar. Wajah-wajah kelelahan yang menempuh jarak 8 jam perjalanan itu jelas tidak bisa disembunyikan. Namun langit tak begitu saja menghapus harapan. Semburat cahaya matahari sore perlahan datang mengintip diantaranya, tanda bahwa kami diterima dengan suka cita di tempat ini.

Aku dan beberapa teman lainnya bergegas mengemaskan barang bawaan. Beruntung, selama ekspedisi di sana, ada teman-teman yang bersedia di repotkan untuk itu. They are 'the lucky man' who hosted and always trying to help us as well. Bg Irsan dan bg Yady. Dua pria yang rela rumahnya di jadikan basecamp dadakan oleh para pengelana ini. Semoga mereka tidak jera untuk itu :)

Setelah berbenah sedemikian rupa, kami tidak mau menyiakan kesempatan apapun terlewatkan begitu saja. Maka sore itu juga, ekspedisipun dimulai.
Inilah riam pertama yang berhasil kami jamah sembari menjemput senja. Riam Jugan.
Letaknya berada tidak jauh dengan beberapa perumahan warga di daerah tersebut. Tanpa pikir panjang, tak perduli pula lelah berkendara berjam-jam, sorak sorai akan kekaguman itupun buncah tak terelakkan. Bak menumukan aose di tengah padang pasir, dahaga kami akan sensasi air terjun itupun menemukan muaranya. Riam setinggi kurang lebih tujuh meter itu sepertinya telah berhasil menyulap perasaan apapun yang hadir melalui binar disetiap pasang mata yang melihatnya sore itu.
Subhanallah... maha besar Engkau yang telah menciptakan keindahan ini.

Riam Jugan
Menjemput maghrib, aku dan teman-teman lain akhirnya menyudahi kunjungan pertama di tempat itu. Sejurus cahaya petang yang datang, menutupi rimbunnya pepohonan di sekitar area riam Jugan. Tanda bahwa sudah waktunya untuk kami bergegas pulang. Sayup-sayup suara adzan juga sudah mulai bersahutan, memanggil orang-orang yang terpanggil untuk sejenak bersyukur atas segala nikmat yang telah Dia berikan.

Senja yang berganti petang telah banyak menghadirkan cerita dihari pertama kedatangan kami. Setelah isya, aku dan teman-teman kembali berkumpul bersama di satu tempat. Saling berbagi cerita satu dan yang lainnya, mengenali siapa-siapa yang awalnya belum kenal, hingga bertukar informasi tentang banyak hal. Sesuatu yang jelas tidak didapat saat kita melakukan perjalanan sendirian. Aku yang notabenenya lebih menyukai solo backpacker selama ini, sedikit banyak mulai menikmati ritme yang dibangun bersama teman-teman baruku.
"Ooh begini ya rasanya traveling dengan banyak orang? seperti ini ya seharusnya bersikap jika melakukan traveling dengan rombongan?" I exactly got the point. Sometime some lesson may start from something that you never imagine before. and until you got ones, you can saw how is it different. 

Hari berikutnya, jauh sebelum fajar menyingsing, aku dan beberapa temanku yang lain sudah lebih dulu terjaga. Ini adalah hari kedua keberadaan kami di tempat ini, yang itu artinya ekspedisi riam ke-2 dan 3 akan berlangsung di hari ini. Sembari menjemput pagi, kuhabiskan waktu bersama teman-teman dan tuan rumah untuk bercengkrama. Sebuah kenikmatan tersendiri memang saat kita bisa membaur bersama warga.

Tidak seperti kemarin, langit cerah yang menggantung di angkasa sepertinya benar-benar telah meridhoi perjalanan kami semua menuju surga kecil lainnya yang jatuh ke bumi. Inilah tahap perjalanan selanjutnya, menuju ke riam Merasap dan riam Pangar, dua riam dengan sensasi yang berbeda.

Riam Merasap dan riam Pangar letaknya lumayan jauh dari perumahan warga. Berbeda dengan riam Jugan sebelumnya, untuk bisa sampai ke dua riam terakhir ini kami harus menggunakan kendaraan lagi sekitar 20 menit. Meski begitu, kami diuntungkan dengan medan perjalanan yang tidak begitu berat. Sepertinya warga disini cukup sadar akan aset wisata alam yang dimiliki oleh daerahnya. Beberapa telah diberi akses, sedangkan beberapa lagi masih perlu penambahan.

Berbeda dengan pengalaman satu hari sebelumnya, riam yang kami jumpai hari itu juga memiliki karakteristik yang berbeda. Ia jauh lebih tinggi diantara riam-riam lainnya di daerah itu. Warga sekitar menyebutnya dengan nama riam Merasap. Tingginya kurang lebih 20 meter, yang itu artinya akan sedikit berbahaya jika kita hendak memaksakan berenang di sekitarnya. Itulah mungkin sebabnya mengapa di riam ini jarang sekali ada orang yang mandi atau sekedar berenang, selain dikarenakan areanya juga tidak pas untuk berenang.

Riam Merasap

Setelah puas berfoto-foto ria dan membuat beberapa vidio 'gila', kamipun akhirnya pindah menuju riam terakhir, yaitu riam Pangar. Diantara dua riam sebelumnya, riam Pangar inilah yang paling pas untuk melakukan berbagai aktivitas berenang maupun menikmati guyuran air terjun yang mengalir diatasnya. Sungguh sebuah perpaduan maha sempurna yang telah Tuhan ciptakan untuk umatNya. Alam yang indah, nuansa yang sejuk, suasana yang tenang, serta bunyi gemericik air yang mengalir bersambut kicaun burung-burung liar benar-benar telah memberikan kenikmatan tersendiri dari penatnya hiruk pikuk kota.

Riam Pangar

Sungguh alam telah mengajarkan banyak hal, salah satunya adalah tentang konsep keseimbangan. Karena sesuatu yang melebihi porsinya, seringkali akan menghasilkan dampak lain yang justru tidak lagi baik.

Kalimantan Barat juga telah memberikan banyak hal, salah satunya adalah wisata air terjun yang sepatutnya harus selalu kita jaga. Karena sejatinya menjaga apa yang telah ada akan lebih sulit dari menemukan apa yang belum pernah kita dapat sebelumnya.

Indonesia juga demikian, Ia telah menyediakan banyak hal, maka sudah sepatutnya kita bersyukur akan kado-kado indah yang telah diberikan oleh Tuhan kepada bangsa ini.

Tinggal aku, kamu, dan juga kita yang mengemban tugas selanjutnya. Akan seperti apa bumi pertiwi ini, hanya kita dan generasi selanjutnyalah yang tahu.
Semoga kita bisa menjadi bagian dari sebaik-baiknya orang yang ikut menjaga kelestarian alam di bumi ini.
Semoga :)

   

Comments

  1. Kereen.. Kebawa suasana bacanya. Walaupun ga ikut. *Sad*

    ReplyDelete
  2. Bagus bgt narasinya,,jadi kangen ngetrip bareng teman2 lg. :)

    ReplyDelete
  3. Terimakasih Reza.. Ayo atur2 waktu lagi buat ngetrip eksplore KalBar :)

    ReplyDelete
  4. ehm... kapan" ajak aku lah nia biar aku bise merasekan... ape yang ko katekan

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

AU PAIR

Words of affirmation

Turkey, dan Yang Perlu Kamu Tahu !