Maroko part1... #Fes

Diantara ratusan foto yang ku buka pada sebuah folder bertuliskan Maroko, gerak jemariku terhenti. kupandangi, lalu seketika aku memejamkan mata. sebuah senyum kecil aku hadirkan di sana.
ah... betapa luar biasanya perasaan ini.
ini bukan hanya tentang perjalanan menyusuri sebuah negara di bagian benua Afrika. bukan pula tentang bagaimana terkesimanya aku pada hal-hal baru yang aku temui disana. ini semua lebih dari itu. ini tentang cinta yang aku tambatkan di negeri terbenamnya matahari, Al- Maghribi.

Perjalananku dimulai saat aku meninggalkan kota Eindhoven, tempat dimana pesawat Ryanair membawaku terbang untuk berpindah benua. masih sama seperti perjalanan-perjalanan sebelumnya, aku hanya menggendong sebuah tas ransel berukuran 40L warna biru bercampur hitam. dari dulu aku memang lebih suka menggendong-gendong tas dari pada menyeret-nyeret koper. jika ada yang bertanya mengapa? entahlah.. dalam pandanganku itu hanya terlihat lebih simpel, dan juga keren.
Tidak ada kendala yang berarti saat aku hendak memulai perjalanan kali itu. Allah memudahkan segala urusan yang menyertaiku. hanya di bagian paspor kontrol saja yang sedikit memakan waktu. itu dikarenakan pasporku adalah paspor Indonesia, dan saat itu aku adalah satu-satunya pemegang paspor Indonesia yang terbang dari Belanda tanpa memiliki visa Maroko. saat petugas menanyakan soal visa, aku hanya mengatakan jika untuk pemegang paspor Indonesia diperbolehkan masuk ke Maroko secara free selama kurang lebih 90 hari. agak sedikit tidak percaya karena sepertinya si petugas yang berjaga hari itu belum pernah menemukan ada warga Indonesia yang terbang ke Maroko dari Belanda, sehingga dia tidak mengetahui adanya pemberlakuan aturan seperti itu. atau mungkin juga dia tidak pernah membaca sejarah mengapa dan bagaimana Indonesia bisa menjalin hubungan baik dengan Maroko.
si petugas pun membawa paspor ku lalu mengeceknya. setelah beberapa menit kemudian, dia kembali dengan senyum kearahku sambil berkata, selamat menempuh perjalanan.

Fes,
Inilah kota pertama yang aku datangi. setelah melewati penerbangan selama 3 jam, akhirnya aku mendarat dengan selamat. dengan megucap syukur dari dalam hati, aku meletakkan kaki kananku pertama kali di daratan benua Afrika.
sore itu tanah di kota Fes terlihat basah. begitu pula yang aku lihat di sekitar Aeroport Fes Sais. sepertinya hujan mengguyur kota ini sebelumnya. pantas saja jika pendaratan pesawat yang aku tumpangi mengalami penundaan mendarat selama kurang lebih 15 menit di udara. langit kota Fes hari itu juga tidak terlalu bersahabat. hanya sedikit dari cahaya matahari yang mampu menembus gumpalan awan gelap di sana. mengintip perlahan dibalik warna kelabu nan pucat dari sisi-sisi putihnya. tapi aku tetap menikmati pemandangan asing yang baru aku dapatkan saat itu juga.
ya, apalagi kalau bukan tulisan berbahasa arab dan prancis yang ada di bagian nama airport tersebut. Subhanallah.. siapa yang pernah menyangkan bahwa pada akhirnya aku bisa merasakan belahan bumi Allah yang lain ini.
*melirik ke surah Ar-Rahman ayat 13 ^^

Alhamdulillah.. mendarat dengan kece di kota Fes ^^
Siang sudah mulai berganti petang, aku meninggalkan bandara tersebut ditemani oleh 2 orang teman baru yang menjemputku setibanya aku disana. mereka adalah pelajar Indonesia yang ada di kota Fes. beruntungnya aku dipertemukan dengan orang-orang baik yang mau meluangkan waktunya untuk menolongku selama berada di sana.
Sebuah grand taksi, sebutan untuk jenis transportasi berupa taksi yang dapat menampung penumpang sebanyak 6 orang, membawa kami meninggalkan bangunan kokoh di pinggiran kota tersebut. bersama kami, ada 2 orang pemuda maroko yang duduk di bagian depan menemani si supir. mereka terlibat percakapan menggunakan bahasa Arab-Berber, bahasa resmi di negara tersebut selain bahasa Prancis. aku yang tidak terlalu mengetahui keduanya ini hanya diam sambil disibukkan menatap ke sekeliling area jalanan yang kami lalui. sesekali aku hanya mengobrol bersama 2 orang temanku tersebut yang juga berasal dari Indonesia.

Tepat di depan salah satu bangunan cabang kampus tertua di dunia, Al-Qarawiyyin, taksi yang kami tumpangi berhenti. oh.. ternyata kami sudah hampir sampai. rumah yang akan aku tumpangi untuk 2 malam tersebut ternyata tidak jauh dari tempat dimana kami berhenti.
ada semacam culture shock saat pertama kali aku turun dari dalam taksi tersebut. tidak hanya dari wujud bangunan dan lingkungan yang berbeda, tapi juga dari sistem yang aku temui. di sana, saat hendak menyebrang jalan, orang-orang bebas memilih waktu kapan mereka harus menyebrang. hanya tinggal berhati-hati saja dengan melihat kanan-kiri, in shaa Allah mereka akan sampai di sebrang jalan dengan selamat. hampir sama dengan kebanyakan prilaku orang-orang Indonesia. hal ini tentu berbeda dengan cara yang aku alami selama 9 bulan hidup di salah satu negara Eropa. semua hal yang sudah tersistem dengan baik membuatku sedikit kaget dan juga takut untuk melakukan rutinitas yang sudah menjadi 'asing' di lingkunganku itu. tidak adanya zebra cross serta timer yang ada di jalanan tersebut membuatku harus lebih ekstra hati-hati lagi melintasi jalanan yang juga sibuk dilalui oleh berbagai jenis kendaraan lainnya.
fiuuuh.. apakah seperti ini juga yang akan aku rasakan sepulangnya aku ke Indonesia nanti?

Malam pertama di kota Fes, aku bertemu dengan teman-teman Indonesiaku yang lain. mereka berasal dari berbagai daerah yang berbeda di Indonesia. tidak bisa dipungkiri bahwa betapa luas dan kayanya negaraku itu menjadikan kita bersuku-suku yang tidak hanya satu, tapi kesemuanya bisa digabungkan dalam sebuah ikatan silaturrahim yang begitu erat. Subhanallah...
Aku ikut larut dengan obrolan bersama teman-teman baruku tersebut. saling berbagi pengalaman, cerita dan juga tawa yang akhirnya membalut kami pada sebuah keakraban antara satu dan yang lainnya. entah harus dengan cara apa aku mendeskripsikan rasa bahagiaku saat itu. Allah mempertemukanku dengan orang-orang yang luar biasa baiknya. inilah salah satu alasan mengapa aku selalu percaya pada semua jalan yang telah dipilihkanNya untukku. because there is no reason in vain when He picked out something behind. ^^

Bergabung bersama mereka, aku ikut larut pada suasana yang ada di sana. bagaimana excited nya aku saat menyaksikan cara makan mereka yang luar biasa serunya. jika kalian tau bagaimana cara makan anak-anak pondok pesantren, maka seperti itulah pemandangan yang aku dapati malam itu. aku kembali dibuat tersenyum.. aku menyukai pengalaman baruku ini.
Langit malam kota Fes sepertinya terlihat tenang. hembusan hawa dingin yang masuk dari arah balkon dapur yang dibuka saat memasak sebelumnya membuatku mengambil jaket hitam yang tadinya telah ku lepas. aku kembali disibukkan untuk mengatur ulang rencana kasar alur perjalananku selama di Maroko. dibantu oleh teman-temanku tadi, aku memaksimalkan sedikit waktu yang aku punya. setidaknya aku harus bisa mencapai semua tujuan yang ingin aku datangi di negeri seribu benteng tersebut.

Hari itu masih sangat pagi. pancaran sinar matahari hanya mengintip perlahan di antara bagunan-bangunan rumah penduduk Maroko yang begitu khas. suara kokok ayam pun ikut membangunkanku, sebuah suara yang sudah 9 bulan tidak pernah aku dengar lagi selama berada di Belanda. aku bergegas menyiapkan semuanya. rencanaku hari itu adalah hijrah ke kota Marakech untuk bertemu saudaraku yang lain di sana. jarak antara Fes-Marakech sendiri memakan waktu 8 jam perjalanan menggunakan kereta api yang dikenal dengan kereta oncf (www.oncf.ma). mengetahui waktu tempuh yang tidak sebentar, aku hanya bisa berdo'a agar Allah senantiasa melindungiku.

Jika harus mengikuti alur, maka cerita perjalananku akan segera berpindah ke kota Marakech, kota kedua dari destinasiku di Maroko. namun karena aku telah mengawalinya dari Fes, maka aku akan menuntaskan ceritaku terlebih dahulu di kota ini. kota terbesar ketiga di Maroko yang membuatku jatuh cinta.

Fes..
jika harus kujelaskan mengenai sejarah kota yang dulunya pernah menjadi ibu kota Maroko ini, tentulah informasinya akan tidak seberapa. ilmuku juga masih terlalu dangkal untuk mengetahui seluk beluk berdirinya kota tersebut. lagi pula, majunya teknologi informasi saat ini telah memudahkan kita untuk mengetahui berbagai hal hanya dengan satu sentuhan jari. aku lebih senang untuk menceritakan bagaimana rasanya menjelajahi kota ini dengan berbagai cerita menarik yang membumbuinya. bagaimana aku bertemu orang-orang baru, menemui pemandangan baru, mencoba makanan baru, juga merasakan bagaimana menjadi bagian dari penduduk sementara di kota itu.
Banyak yang mengatakan bahwa Fes adalah kota budaya, ilmu, maupun spiritual. bangunan-bangunan bersejarah yang menjadi saksi bisu dari sebuah perjalanan sejarah itu sendiri masih bisa aku lihat. semua membaur menjadi satu hingga mampu menghasilkan sensasi sebuah negeri zaman dahulu kala. di sepanjang jalan pada sebuah taksi yang membawaku bersama salah seorang teman dari Gare de Fes (stasiun kereta api di Fes) menuju Old Medina, sebutan untuk kota lama yang ada di sana, aku mendapati banyak pemandangan yang tidak biasa. aku melirik keluar jendela. banyaknya benteng-benteng setinggi kurang lebih 5 meter yang menghiasi isi kota benar-benar menguatkan sebutan bahwa negara ini pantas dijuluki dengan negara seribu benteng. akan tetapi, benteng-benteng tersebut bukanlah menjadi sebuah pembatas, pembeda, ataupun penghalang diantara penduduk yang ada di sekitarnya.

benteng di sekitar Old Medina
Taksi yang membawa kami akhirnya berhenti di dekat sebuah benteng yang ada di sekitar Old Medina. tidak mau didahului, aku buru-buru mengulurkan selembar uang dirham untuk membayar harga yang seharusnya aku bayar. biaya taksi sendiri terhitung cukup bersahabat. mereka menggunakan argo sebagai tolak ukur besarnya jumlah harga yang harus di bayar oleh penumpangnya. namun tidak sedikit pula taksi-taksi yang 'nakal'. biasanya jika kita seorang turis dan hanya bisa menggunakan bahasa Inggris, mereka akan dengan mudah menarik 'harga turis' kepada kita tanpa mempertimbangkan nominal yang tertulis di argo tersebut.
Ketika sampai di sana, hari memang sudah menjelang siang. aku sempat menikmati segelas air jeruk peras yang dijual oleh seoarng anak laki-laki di sekitar madrasah sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan. namun tidak lama kemudian kumandang adzan terdengar dari arah masjid yang ada di sekitar area tersebut. Alhamdulillah... tenang sekali rasanya. sudah lama aku tidak mendengar alunan merdu itu dari toa-toa masjid yang mengingatkan kita untuk beristirahat sejenak dan mengingatNya. akhirnya kami pun sepakat untuk melakukan shalat dzuhur terlebih dahulu.

salah satu jalan di area Old Medina
Terik matahari sudah bisa aku rasakan, meskipun tidak sepanas di waktu summer tiba, setidaknya itu cukup membuat mataku menyipit (memang udah sipit sih sebenarnya ^^).
kami menuju ke jantung Old Medina, tempat dimana terjadinya hampir seluruh aktifitas penduduk yang ada di kota Fes. aku juga sempat mencicipi makanan khas dari warga Maroko, dejaj mechoui. memang agak susuh menyebutkannya. tapi jika aku deskripsikan dalam bahasaku, itu adalah makanan berupa roti tawar yang di dalamnya berisi potongan-potongan kecil ayam panggang. dengan harga 20 dirham, makanan itu sudah cukup mengganjal isi perutku saat itu.
Perjalanan kami lanjutkan dengan melewati lorong-lorong sempit yang ada di tempat tersebut. walaupun para turis dari berbagai penjuru dunia banyak yang berdatangan mengunjungi kota Fes, penduduk kota ini masih hidup secara tradisional. banyak penduduk setempat yang masih menggunakan pakain khas Maroko berupa jubah panjang bertopi lancip yang dikenal dengan sebutan djellaba, ada juga balra, selop kulit yang berujung lancip. banyaknya pedagang yang menjual barang-barang khas Maroko juga ikut mewarnai pemandangan pasar. mulai dari pernak-pernik hias, pakain, pasmina, lukisan, sandal, dan masih banyak yang lainnya. posisi pasar yang berada di tanah berbukit tersebut mengharuskanku untuk berjalan menurun menyusuri pasar. belum lagi rute jalan yang berliku-liku itu sangat membingungkanku jika seandainya aku hanya seorang diri di tempat tersebut. tersesat? sudah bisa di pastikan iya ! tapi untungnya hari itu aku tidak sendiri.

Tujuanku hari itu adalah ke tempat penyamakan kulit tertua yang ada di kota Fes. tempat dimana pembuatan jaket-jaket kulit maupun benda-benda berbahan dasar kulit lainnya dibuat secara tradisional oleh penduduk lokal. untuk sampai di sana, aku masih harus melewati jalan-jalan sempit tadi. mengasyikkan, sekaligus membahayakan. disinilah biasanya kita akan bermain dengan intuisi dan kewaspadaan. rute yang seperti itu biasanya memang sangat mendukung untuk terjadinya tidakan kriminal. hampir sama saat aku mengunjungi pemukiman el-raval yang ada di Barcelona dulu.
Kami memasuki sebuah toko. bukan untuk berbelanja, melainkan untuk bisa melihat dengan jelas dari bagian atas bagaimana proses pembuatan 'kulit' itu terjadi. agak sedikit aneh memang saat harus melalui beberapa buah toko tanpa membeli apa-apa dari toko tersebut. tapi disana memang seperti itulah jalannya. untuk bisa melihat dengan jelas, kita harus berada di bagian atas bangunan toko-toko tadi. kecuali kalau kita memiliki cukup uang, sangat dipersilahkan untuk membeli souvenir dari tempat pembuatannya langsung.

Setelah merasa cukup puas melihat-lihat tempat penyamakan kulit tersebut, kami bergegas menuju sebuah masjid sekaligus universitas tertua di dunia, Al-Qarawiyyin. letaknya masih berada di jantung Old Medina. sebuah universitas yang dibangun oleh seorang wanita hebat, Fatima al-Fihria, pada tahun 859. sebuah universitas yang juga menghasilkan ilmuan-ilmuan hebat di dalamnya. Masya Allah... betapa beruntungnya aku berkesempatan untuk menginjakkan kakiku di sana. semoga ilmu para pelajar-pelajar yang pernah belajar di sana tertular kepadaku. Amiiin :)
Selang beberapa menit setibanya kami disana, kumandang adzan ashar berbunyi. waktu ashar disana ternyata adzannya terjadi selama 2 kali dan iqamat. sedikit berbeda dengan apa yang biasa kita temui di Indonesia, mungkin karena mazhab resmi yang ada di negara ini adalah Maliki. (pengetahuanku masih terlalu dangkal tentang hal ini)
Pintu gerbang untuk masuk ke dalam area masjid tersebut di jaga oleh beberapa jama'ah. hal ini bertujuan untuk menjaga kesucian tempat ibadah tersebut dari ramainya turis-turis yang berdatangan untuk melihat langsung bangunan tua tersebut. masih menggunakan pakain khas Maroko, djellaba, mereka duduk di atas sebuah kursi sambil memegang sebuah tasbih di tangannya. terlihat sekali bagaimana kedekatan yang mereka jalin bersama tuhanNya.
Tempat penyamakan kulit
bagian dari sudut masjid Al-Qarawiyyin
Aku mengambil tasku. setelah selesai malaksanakan ibadah shalat ashar dan menyempatkan berfoto di sana, kami menuju ke Medersa el-Attarine, sebuah tempat dimana lukisan-lukisan khas Andalusia terukir di salah satu ruang pada bangunan yang dijaga oleh seorang petugas. jika mengintip lagi sejarah masa lalu, maka bukan hal yang mustahil jika beberapa karya seni yang ada di Maroko mendapatkan sentuhan khas dari wilayah muslim Spanyol tersebut. apa yang aku lihat di sanapun ternyata tidak jauh berbeda dengan apa yang aku temui waktu aku mengunjungi istana Alhambra di Granada. semuanya saling berkaitan antara satu dan lainnya.
Setelah dirasa cukup mengagumi keindahan arsitektur tersebut, kamipun berlalu meninggalkan hiruk pikuk area Old Medina. hari sudah semakin sore, suasana jalan sempit yang ada di daerah tersebut terasa semakin sesak. kami buru-buru pergi ke sebuah bukit untuk bisa menikmati pemandangan kota Fes secara keseluruhan. inilah Tombeaux des merinides.

This is the best viewer I'd ever seen. far away in the sunset are my highest inspiration. I may not reach them, but I can look up and see the beauty.

Tidak ada yang sia-sia rasanya saat perjalanan hari itu akhirnya mengantarkanku keatas sebuah bukit dimana aku berdiri di atasnya. bersama puluhan orang lainnya yang juga tengah menikmati pemandangan sore yang cerah dan juga tenang, kami duduk melepas lelah. hamparan pemandangan kota tua Fes menjadi daya tarik lain yang membuatku semakin terkesima.
aku dibuat kagum. pada alam, pada suasana sore itu, juga pada orang-orang yang hadir di sana. lalu kemudian, diam-diam aku dibuat jatuh cinta. pada sunset terindah yang kami nikmati bersama.
Ah... betapa luar biasanya ciptaanMu ini ya Allah. semoga aku masih bisa menemuinya meski di belahan bumi yang lain :)
I love this moment, including all the thing in it ^^
Kami meninggalkan bukit itu. sebelum hari semakin malam dan adzan Maghrib memanggil, kami harus sudah berada di bawah lagi. sungguh pengalaman yang luar biasa saat berada di atas sana.
setelah menyelesaikan ibadah shalat Maghrib, kamipun meninggalkan kawasan kota tua untuk segera berburu taksi menuju ke rumah. namun sayangnya Allah berkata lain. ditengah perjalanan pulang, kami bertemu dengan pelajar Indonesia lainnya yang hendak menghadiri acara pernikahan orang Maroko. siapa yang menyangka bahwa akhirnya hari itu aku berkesempatan untuk bisa melihat bagaimana adat pernikahan warga Maroko. nyanyian, tarian, juga kemeriahan yang hadir pada pesta malam itu mengingatkanku pada pesta pernikahan masyarakat Turkey yang pernah kulihat sebelumnya. meski terdapat beberapa perbedaan di beberapa bagian, hampir secara keseluruhannya sama saja, khususnya pada bagian wanita yang memang terpisah tempat dengan bagian pria.
Hanya beberapa jam aku menikmati kemeriahan itu, aku harus kembali bergegas meninggalkan tempat tersebut. jarak yang tidak dekat antara tempat resepsi dan juga rumah temanku tersebut mengharuskan kami untuk segera pulang, karena jika semakin malam transportasi yang ada di sana akan semakin susah di dapat.

Menggunakan sebuah bus dalam kota pada malam hari memberikan sensasi tersendiri untukku. apalagi ditengah lingkup orang yang rata-rata menggunakan bahasa arab tersebut. bus mengantarkan kami pada pemberhentian terkhir dimana kami seharusnya turun. sambil menembus hawa dingin yang masih bisa dirasakan pada waktu spring tersebut, kami berbelok arah sebelum akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah. tujuan kami malam itu adalah menyantap makanan tradisional maroko lainnya yang dikenal dengan sebutan sup harira. alhamdulillah.. semangkuk sup itu setidaknya mampu menghangatkan hawa tubuhku.

Perjalanan di kota Fes hari itu telah mengantarkanku untuk melihat hal-hal baru yang belum pernah aku temui sebelumnya. kembali memberiku pelajaran tambahan yang tidak akan aku dapatkan dari hanya sekedar duduk diam ataupun membaca pada sebuah layar kecil bertuliskan google. inilah pentingnya pengalaman. sebuah guru paling berharga dalam hidup yang mengajarkan kita arti dari pembelajaran sesungguhnya.
maka sungguh, nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?
Allahu akbar... maha besar Engkau ya Allah yang telah menjadikan semuanya mungkin diluar keterbatasanku sebagai seorang hamba.

and for overall of my journey, I love Fes ^^


*To be continue for my next story from Marakech :) 

Comments

  1. Amiiin.. semoga sampai ya sayang. luruskan niatnya, bismillah ^^

    ReplyDelete
  2. subhanallah indah sekali di sana,,,,,, insya alloh saya akan beranjak kesana :)
    sebelumnya terima kasih entri tentang perjalananmu di maroko,,,, sebagai referensiku dalam membuat novel :D

    ReplyDelete
  3. Amiiin... Alhamdulillah kl bisa dijadikan bahan referensi :)
    semangat membuat novelnya kl begitu. dan terimakasih sudah bersedia mampir di blog ini ^^

    ReplyDelete
  4. Subhanallah,, semoga Allah menuntun langkahku buat kesana jugaaa ^^
    suka syekali baca tulisan nya nia :)
    jadi nambah ilmunya, juga semangat backpacker nya hehehe salam ransel ^^

    ReplyDelete
  5. Amiiin... Allahumma amiin kak :)
    Makasih sekali kalau suka baca tulisannya juga. hihi ^^
    Alhamdulillah bisa berbagi ilmu.
    keep learning. keep sharing. keep traveling. Yuhuuuuu :D

    ReplyDelete
  6. Subhanallah,,,keyen keyen,,,le boleh lah kwan ni,,buat iri n termotivasi,,,

    ReplyDelete
  7. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah kalau bisa buat termotivasi ye. hehe
    Dan makasih banyak udah mampir-mampir baca :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

AU PAIR

Words of affirmation

Turkey, dan Yang Perlu Kamu Tahu !