Posts

Showing posts from October, 2015

Bersumpahlah pada Ibumu, sebelum negaramu !

Teruntuk para pemuda yang pernah menjadi seorang anak, kakak, atau adik, kita pasti pernah melewati fase ini ! Terlahir sebagai anak sulung, bukan berarti aku tahu setiap tumbuh kembangnya para adik-adik kecilku itu. Karena nyatanya, selalu saja ada alasan yang menjadikan aku menjadi seorang kakak yang 'gagal' untuk selalu berada di sisi mereka, bahkan sejak mereka lahir. Dulu, saat adik pertama hadir, aku tengah berada di kelas empat sekolah dasar. Masih belum mahfum sama hal-hal yang berkaitan dengan dunia persalinan. Yang aku tahu saat itu hanya satu, aku punya adik ! itu saja. Aku nggak pernah tau dan mau perduli gaimana proses keluarnya makhluk mungil bernama manusia itu ke dunia. Seakan-akan semua terjadi begitu saja. Fiolaaa.. Lalu ada. Pengetahuanku masih amat sangat cetek dan maha pendek untuk menerka-nerka saat itu. Sebab nyatanya, sepulang dari sekolah, aku haya bergegas lari menuju klinik bersalin tanpa memperdulikan yang lain. To much happy for to be a sister...

Lukisan Bulan Oktober

Aku masih duduk di bawah pohon ini. Pohon yang sama saat gerakan tangan sang pelukis itu menari-nari. Masih dalam posisi yang sama, juga masih dengan tujuan yang sama. Coba kamu rasai tempat duduknya, masih hangat bukan? Kabarnya, angin sudah bertiup jauh lebih kencang sekarang. Menggugurkan dedaunan kuning yang terbiasa jatuh menimpa kita. Merontokkan bahkan pada setiap inci keindahan musim gugur tahun ini. Aku masih enggan beranjak kemana-mana. Masih di sini, tepat di hadapan kanfas langitmu. Sungguh, kamu masih bisa mendapatiku dengan jilbab biru itu seperti biasanya. Tapi.. Bagaimana dengan lukisanmu nanti? Waktu sudah membawa kita di penghujung Oktober saja. Aku rasa, hujan akan segera turun lebih sering. Kita bisa kehujanan. Kita bisa kedinginan, bahkan demam. Kamu tidak berniat membuat kita sakit kan? Sebab jangan sampai tetesan air yang jatuh nanti akan menjadi sesuatu yang dipersalahkan. Kecuali jika kamu memang menginginkannya. ...

Ceritanya gagal traveling

Beberapa minggu yang lalu aku coba iseng-iseng buat ngecek harga ticket pesawat untuk penerbangan internasional dari kota Pontianak ke Kuala Lumpur. Niat awal memang hanya cuma ngecek. Cuma mau liat-liat aja segala macam ini dan itunya. Maklum, udah terhitung tahun juga ternyata nggak berurusan sama mesin yang bisa terbang ini. Takutnya norakku jadi kambuh lagi. wong ndeso ! Malam itu, udah tengah malam memang. Nggak tau ada angin apa, saat orang-orang rumah juga udah terdengar bunyi ngoroknya, aku justru masih menyegarkan mata di depan laptop. Setelah berpusing ria dengan urusan yang menyita otak buat berfikir, akhirnya aku benar-benar angkat tangan. Seraya ngomong sama diri sendiri, It's to much, time to break girl ! Belajar ngomong sama diri sendiri dulu sebelum ada yang ngingetin beneran. Hahahasem. Niat awal memang benar-benar ingin menjajal rute penerbangan baru di kota ini. Sebab ada semacam kebanggaan dan kelegaan tersendiri pas tahu kalau awal tahun lalu bandara Supad...

Sidang dan Blogwalking

Mohon maaf kepada diri sendiri yang sebesar-besarnya karena telah melanggar janji diri untuk tidak nge-blog selama masa ' bulan madu ' bersama tugas akhir ! Tulisan ini didedikasikan atas dasar nggak-tahan-untuk-tetap-diam selama masa perjuangan ini berlangsung ! Oke, lupakan sejenak dari rutinitas bergadang menghadap teori-teori yang ada. Karena mau dipaksain segimanapun, menulis di sini akan terasa jauh lebih indah dan apa adanya. Nggak perlu melihat data, nggak perlu mantengin laptop sampai mata jadi sipit ( memang udah sipit sih ), dan yang pasti nggak perlu buka google translate ! Intinya, I'm happy to be free. Yuhuuuuu.... Akhir-akhir ini aku memang selalu berkutat dengan dunia yang sama setiap hari. Tipikal anak kuliahan tingkat akhir yang sok sibuk mengejar cinta, eh deadline ding ! Jadi karena sudah hampir setiap hari mengerjakan hal yang sama dan berulang terus, I'm getting bored already ! Apalagi kalau harus ditambah dengan puasa nulis di sin...

#BLUE: The third options

Matanya tidak bisa dibohongi. Sudah dari tadi aku memperhatikan kakak perempuanku itu dari sudut kursi ruangan ini. Semenjak pulang dari rumah temannya tadi, Aku menangkap ada yang kurang beres dengannya. Ingin segera bertanya namun selalu kuurungkan. Kakakku ini memang lumayan susah untuk diselidiki, apalagi jika ditanyai tentang perihal yang begitu privasi menurutnya. Jalan satu-satunya untuk bisa tahu apa yang sebenarnya terjadi hanyalah menunggu untuk menemukan waktu yang tepat, atau, menunggu sampai ia sendiri yang akan berbicara. " Kamu kenapa ngeliatin kakak begitu? ". Tiba-tiba ia tersadar jika sedari tadi aku mencoba untuk lebih memperhatikannya, dengan diam-diam. " Habis nangis kak? matanya sipit gitu. Lagian kalau udah sipit jangan dibikin tambah sipit lagi kenapa? ". Setengah meledek aku bertanya kepadanya. " Iya nih, bentar lagi bakalan resmi jadi amoy Singkawang deh kayaknya ". Tanpa tawa khas candaan yang biasa ia berikan, ia menjawab...

#BLUE: The heart wants what it wants

" Akan berapa lama? " Aku bertanya penuh selidik pada sahabatku. " Satu tahun. dan kini sudah tiga bulan semenjak kali terakhir aku mengetahuinya baik-baik saja " " Kamu tahu dimana dia sekarang? " Ia menggeleng. Helaan nafas berat itu terdengar menyertai betapa khawatirnya perasaan itu. Setidaknya itulah yang terlihat olehku. Apa yang lebih berat dari berharap kepada yang tidak bisa memberi pengharapan. Apa yang lebih sakit dari ketidakjelasan pada kepastian. Aku memperhatikan raut wajahnya. Meski terlihat tegar, aku tahu betapa rapuhnya hati sahabatku kali ini. Ia yang tak pernah ingin menangisi apapun dalam hidupnya, nyatanya kalah juga. Bulir-bulir bening itu mulai muncul di penghujung mata sipitnya. Aku tahu hatinya sudah berkata lain dengan lidahnya. Sungguh ia bukanlah seorang pembohong yang handal menyembunyikan perasaannya. " Boleh aku memelukmu? " Ia bertanya seketika. Akupun mengangguk, mempersilahkannya untuk menumpahkan s...