Posts

Showing posts from July, 2015

Untuk perempuan seusiaku

Akhir-akhir ini aku sering menjumpai banyak masalah yang sama dari beberapa tulisan yang kubaca. Entah itu dari penulis laki-laki, ataupun perempuan. Keduanya sama-sama sedang akrab menuliskan cerita 'ini'. Keduanya juga tengah dihadapkan pada kegalaun yang sama akan hal 'ini'. Begitupun aku, yang tanpa sadar juga diajak untuk memikirkan permasalahan yang sama tentang hal 'ini'. Mungkin kami tengah berada pada rentan umur yang sama, atau sebutlah berada pada fase yang sama saat ini, sehingga sadar atau tidak, apa yang sering kami perbincangkan kini menjadi suatu keseragaman yang tidak disengaja. Kami dan beberapa teman seperjuangan sepakat menyebutnya sebagai Quarter Life Crisis. Ini adalah suatu tahap dimana tingkat kegalaun, kekhawatiran, keraguan akan sesuatu tengah berada pada puncak tertingginya. Rasa was-was kami menjadi semakin berlipat-lipat. Takut pada apa yang sedang dihadapi atau akan dihadapi menjadi lebih besar porsinya. Padahal sesuatu yang t...

Kota ini

Di kota ini, pernah ada seseorang yang begitu ingin untuk menetap tinggal. Entah itu dalam waktu yang lama, atau hanya beberapa hari saja, sekedar melihat-lihat demi menuntaskan rasa penasarannya. Kota ini tidak ramai sebenarnya. Jalanan utamanya tak sampai menimbulkan macet yang luar biasa. Objek wisatanya juga tidak seberapa jika dibandingkan dengan kota-kota lain yang lebih mampu menyedot wisatawan dari berbagai negara. Tapi seseorang ini, entah mengapa begitu ingin menginjakkan kakinya di sini. Pernah ia berteriak dengan suara lantang bahw suatu hari nanti ia akan terbang ke Kalimantan. Entah perkara apa yang sebenarnya diinginkan, hanya ia dan Tuhan yang tahu. Lalu, harap dan do'anya terjamah dengan kenyataan. Pintanya untuk bisa datang ke kota ini telah terjawab bahkan dengan hitungan tahun. Allah mencintainya. Lama ia menetap dan mengadu nasibnya di sini. Ia jumpai rupa-rupa orang, budaya, dan bahasa yang berbeda. Ia belajar banyak hal baru dari tanah khatulsitiwa. Amat b...

Tiga perkara

Perihal apa lagi yang lebih menghawatirkan dari ketiga perkara rahasia Tuhan yang tak seorangpun bisa mengetahuinya? Aku rasa tidak ada. Di dunia ini, sudah cukuplah azal, rezeki, dan jodoh yang selalu saja mampu membuat kita bertanya-tanya. Kapan, dimana, berapa, bagaimana, dengan siapa. Cukuplah ini saja yang membuat kita selalu gelisah sehingga menjadikan diri mau untuk terus berbenah. Berbenah menjadi lebih baik, berbenah menjadi lebih siap, berbenah menjadi lebih ikhlas. Jumlahnya memang tak banyak. Namun kurasa, juga kamu mungkin, ketiganya sungguhlah perwujudan dari pertanyaan besar dalam hidup kita masing-masing. Sebagai satu dari miliaran manusia di muka bumi ini, kita pasti pernah mengalami masa-masa khawatir menjemput ketetapan akan ketiga perkara tadi. Perasaan ini dibawa untuk selalu penuh dengan tanda tanya. Terkadang, tak jarang kita juga mengeluh jika salah satu, atau hanya dua mungkin, yang sampai saat ini belum menemui muara jawabannya sedangkan hati ini sudah dibu...

Menjaga Diri

Jauh sebelum aku menegasakan bahwa ini adalah bentuk dari menjaga diri, aku ingin mengucapkan terima kasih kepadamu. Kamu yang saat ini tengah melatih rasa sabar. Kamu yang saat ini tengah menjaga jarak sebelum semuanya menjadi halal. Meski bentuk sabar selalu berdampingan dengan waktu, dan rupa waktu selalu sejalan dengan ketetapanNya. Terima kasih untuk mengenalkanku pada banyak bentuk penjagaan. Menjaga dari apa yang kini tengah tumbuh, hendak memekar, lalu menebarkan harum wewangiannya, namun masih harus terhalang dengan sebuah kata 'penjagaan'. Sesuatu yang juga kita tahu bahwa dalam menjaga, akan ada usaha yang tidak mudah disebaliknya. Terima kasih untuk meyakinkanku bahwa arti 'Kamu' atau 'Aku' bukanlah menjadi yang pertama. Sebab mulai saat ini, kita tengah belajar memahami bahwa Allah lah yang sepatutnya diutamakan, bukan kita. Pun jika riuh rendah suara orang-orang nanti mulai memperbincangkan banyak hal tentang ini, semoga Dia masih mau meny...