Posts

Showing posts from May, 2015

Aku yang bukan Aku

Pagi tadi aku mematut diriku lebih lama di depan cermin. Bukan untuk bersolek atau berbenah jilbab yang terlihat serampangan aku gunakan, tapi untuk bercengkrama pada sosok lain dari diriku. Ia adalah sosok aku yang seringkali tersembunyi, seringkali menutupi duka lukanya, juga yang tak jarang menjadi aku yang bukan aku. Sepintas, tak kulihat suara batinnya yang berbicara. Toh selama ini hanya seulas senyum yang seringkali ia hadirkan. Ia tak pernah benar-benar kuajak berlama-lama untuk saling menatap. Aku yang bukan aku mungkin ingin memberontak. Ia sudah jengah berlama-lama memendam kegelisahannya sendiri. Karena biasanya, aku akan cepat-cepat menghalau perasaan itu untuk pergi. Bukankah sebuah ungkapan bijak pernah mengatakan, "simpanlah dukamu untuk sendiri, sebab engkau hanya perlu membagi rasa sukamu untuk orang lain". Berkali-kali, saat pikiran itu muncul dalam waktu-waktu yang tak terduga, maka aku hanya akan cepat-cepat mengalihkannya pada hal lain yang lebih ...

Jangan mencurangi

Ia sedang kamu curangi. Setidaknya itu yang ia tahu. Hampir di setiap malam, saat orang-orang sekitar tak ada lagi yang sadar, ia membuka laman ceritamu. Ia tidak ingin diketahui banyak orang, karena rasa kagumnya selama ini juga ia simpan diam-diam. Ia sedang kamu curangi. Setidaknya itu yang ia rasa dari kecewa menunggu kabar yang tak juga ia jumpai. Ia tidak menemukanmu disana, dan ternyata kamu juga tidak menuliskan apa-apa. Entah itu perihal sepele tentang pekerjaan yang membuatmu lelah, atau setumpuk kerinduanmu agar bisa segera pulang bertemu ibu. Ia sedang kamu curangi. Setidaknya itu yang ia lihat dari tanda-tanda semesta yang ikut menjadi saksi. Jarak yang saat ini tengah dihadapi adalah satu bentuk kecurangan yang juga ikut berpartisipasi. Padahal ia tengah menunggumu sedari tadi. Tidakkah kamu rasai getarnya lewat peraduan do'a-do'a? Ia juga menanti setiap kesempatan yang ada, hanya untuk sekedar bisa bercengkrama denganmu. Entah itu mendengarkan cerita tentan...

Mungkin ini Pintu Masukmu

Image
Masing-masing dari kita memiliki pintu, atau bisa jadi kita adalah pintu itu sendiri. Terkadang ada kalanya pintu itu akan dibuka, namun ada pula saat-saat ia tak ingin membukanya, bahkan untuk siapapun. Jangan pernah meremehkan kehormatan yang telah diberikan oleh orang yang sudah menutup lama pintunya. Sebab hanya pada saat-saat terbukalah kamu bisa dibiarkan masuk untuk sekedar mengintip. Kamu diberikan waktu leluasa untuk melihat-lihat, berkeliling, dan mencermati setiap dekor isi didalamnya. Dulu, kehidupannya tidak seterbuka ini. Bahkan kamu atau siapapun tak dizinkannya mendekat. Namun kini, ia berusaha untuk memberikanmu sedikit ruang untuk kemudian kamu hampiri. Atau jika ia berkenan atas usahamu yang selama ini memaksa masuk, ia akan mempersilahkanmu tinggal di dalamnya. Ia tak pernah menjanjikanmu rupa istana. Ia juga tak berani menyuguhkan nuansa elit dengan warna-warna glamor menghiasi ruangannya. Yang ia tahu pasti hanya satu, ia siap memberikanmu rasa nyaman u...

Perjalanan Kita

Image
Aku dulu pernah punya banyak mimpi, dan kurasa kamu juga. Kita, dengan mimpi-mimpi berbeda, dengan arah dan cara yang tak sama, mengambil jalan masing-masing untuk bisa sampai pada tujuan akhir kita. Aku menapaki langkah satu persatu, anak tangga cobaan itu juga kulalui dengan penuh hati-hati. Terkadang, tak jarang hujan dan badai yang datang di sela-sela perjalanan, menjadi tamu undangan yang sebetulnya tak pernah diharapkan. Tapi, bukankah itu sebuah bentuk dari ujian? Karena untuk membuktikan seberapa kuat kita berjuang, perlu ada tantangan yang harus ditaklukkan. Tuhan telah merancang begitu banyak jalan. Tugasku, berfikir matang sebelum benar-benar memilihnya sebagai jalan yang harus ditempuh. Kamu juga demikian, dengan ragam yang berbeda, punya jalannya sendiri yang harus dilalui. Meski jalanmu terlihat terjal, meski pendakianmu pada puncak tujuan terlihat curam, tapi kita masih memiliki pegangan yang sama. Tuhan. Hal apa lagi yang tidak bisa kita serahkan kepadaNya? B...

Voor mij ben jij speciaal :)

Image
Langkah kecil yang tengah terburu-buru itu dipaksa berhenti oleh seorang pemuda. Senyumannya hangat, sehangat cahaya matahari penjemput musim semi kali ini. Dia yang sedari tadi berdiri melempar senyum pada semua pejalan kaki di sekitar stasiun, masih tetap semangat membagi-bagikan setangkai mawar putih. Hawa dingin yang juga masih seringkali datang meski semburat mentari itu telah berpancar, tak gentar menghalangi tegap kakinya. Jaket tebal serta syal abu-abu gelap yang ia kenakan menghambat laju angin sampai di pori-pori lehernya. Aku sudah memperhatikannya dari jauh, tepat saat langkah kecil terburu-buru itu aku ayunkan demi mengejar kereta menuju Deventer. Aku tidak ingin terlambat sedetikpun, apalagi harus bermenit-menit kemudian. Berada di negara ini telah jauh mengajarkanku tentang rasa disiplin yang tinggi. Lihatlah, sedikit saja kalah cepat dengan menit yang ada di jadwal keberangkatan, maka bersiaplah menunggu jadwal berikutnya. Pemuda itu, dengan setangkai mawar putih s...

Cintamu dari Manokwari untuk Indonesia

Image
Pagi kali itu masih sama seperti pagi-pagi sebelumnya. Semilir angin yang begitu hangat telah menerpa tepian wajahmu dari sela-sela kelas yang tak berdinding utuh. Riuh anak-anak didalam kelas juga mulai terdengar suaranya, mereka ikut menyambut pelajaran pertama hari itu dengan antusias. Meski jumlahnya tidak seberapa, namun ada rasa bangga yang begitu kuat saat kau berada diantaranya. Semangat menimba ilmu yang mereka miliki, perlu diacungi jempol berkali-kali. Itulah ujarmu kala itu. Seorang bocah kecil dengan rambut ikal yang duduk diurutan meja nomor empat memperhatikanmu lamat-lamat. Wajahnya terlihat menggantung, semacam ada beban yang tengah ia pikul. Sesekali kedua bola matanya bergerak keluar jendela, memandangi lautan lepas yang jaraknya tidak begitu jauh dari ruangan kelas itu. Kamu yang memiliki insting lebih tajam, seolah menangkap semburat keragu-raguan dari tingkah polahnya. Ada apa sebenarnya dengan anak ini? Pertanyaanmu tersimpan untuk sementara waktu dengan sendi...

Ekspedisi 3 Riam

Image
Sebuah pesan singkat hadir di sela-sela ucapan pria karismatik kelahiran 6 Juni 1901 beberapa waktu silam. Tidak panjang, namun cukup menohok. Menyisakan ribuan rupa harap bagi generasi setelahnya. Mampukah kami mengemban pintamu ini wahai Bapak kepala negeri? "Aku tinggalkan kekayaan alam Indonesia, biar semua negara besar dunia iri dengan Indonesia, dan aku tinggalkan hingga bangsa Indonesia sendiri yang mengolahnya" - Ir.Soekarno Aku dan beberapa pemuda lain di sudut kecil pulau Kalimantan ini hanya mampu berdecak kagum. Puluhan kilometer jalanan yag kami lalui demi untuk melihat surga kecil di belahan bumi Indonesia benar-benar telah membukakan mata. Sungguh, tidak ada yang patut untuk kami hardik akan pesonanya, tidak pula patut untuk kami rampas hanya demi kepentingan ego semata. Inilah hakikat mencintai, yaitu Ia yang menjaga. Diantara ratusan foto yang ku buka dari sebuah folder bertuliskan Ekspedisi 3 Riam, gerak jemariku tertahan, sejurus pandangku memp...