L.B.T
Hii my long-black-T-shirt. What's up?
Would you like to read this? A short story about the journey. About how you accompany me as long as I walk around the world.
Netherlands. the first country in Europe.
In that day, you know you was there. We are there. Together. I brought you so far from home. like what I did, you also do the same. Entah bagaimana rasanya, aku kira kamupun akan memiliki pemikiran yang sama kala itu.
OMG, am I in Europe? Untuk pertama kalinya kita berjalan sejauh ini. Dan setelah hari itu, kita selalu berjalan semakin jauh.
Turkey, the second times I brought you with me.
Meski ku tau koper itu hanya akan cukup untuk menampung beberapa helai pakain selama 2 minggu, aku tetap menjadikanmu prioritas. Aku ingin mengajakmu ke salah satu negara yang sangat aku sukai setelah Indonesia. Setelah itu, kita sama-sama tahu bagaimana Turkey menyihir kita bukan? Semoga saja kamu tidak akan pernah melupakan rasanya.
France, tepat di saat musim gugur tiba. Oktober 2013. You knew exactly about this month, don't you? Disaat itulah aku membawamu untuk melihat kota Paris, melihat Eiffel tower, melihat kota yang selalu mereka sebut dengan "kota cinta".
Kamu tahu, I found nothing out there. Meski sesak gempita kota yang bermandikan cahaya lampu di berbagai sudutnya, aku masih tidak bisa menemukan apa-apa. Kamu tidak benar-benar ada di sini, meski kamu bersamaku. Menghalang angin musim gugur yang begitu tajam menusuk tulang.
Spain, The country that you love so much.
Sudah dipastikan aku tidak akan meniggalkanmu di sudut lemari putih itu. Aku menyimpannya sangat rapi pada ransel biru yang sering kubawa keman-kemana. Tepat sehari sebelum jadwal keberangkatanku terjadi. Sengaja tidak langsung kugunakan. Aku menunggu saat yang tepat. Saat aku telah benar-benar menginjakkan kaki di kotamu. Barcelona.
Hingga masanya tiba, aku membawamu untuk mengelilingi kota itu. Mengelilingi Camp Nou. Menjadi teman perjalanan di saat rasa lelah dan kesepian itu bercampur menjadi satu.
Dan lagi, kamu ada di sana meski tidak bersamaku. Semoga saja ingatanmu akan hal ini begitu kuat mengakar. Sama seperti sebuah gambar yang aku abadikan.
Morocco, the last country for us to travel together. But as we knew, this is the first country that we touch down in Africa. Sound crazy right?
Tapi itulah kita. Mengembara jauh melintasi benua. Hal yang dulunya tidak pernah terfikirkan untuk bisa kulakukan.
Sekarang, setidaknya kamu tahu bagaimana kita berjalan. Kamu mengerti bahwasanya sejauh apapun kita melangkah, kita pasti akan tetap mencari cara untuk kembali pulang.
Kecuali jika kamu telah lelah. Jika kamu telah bosan berjalan. Atau jika aku yang justru memilih untuk membiarkanmu berjalan tanpaku lagi.
Semoga saja kita masih bisa menjadi teman berjalan yang baik.
Dank u wel :)
Would you like to read this? A short story about the journey. About how you accompany me as long as I walk around the world.
Netherlands. the first country in Europe.
In that day, you know you was there. We are there. Together. I brought you so far from home. like what I did, you also do the same. Entah bagaimana rasanya, aku kira kamupun akan memiliki pemikiran yang sama kala itu.
OMG, am I in Europe? Untuk pertama kalinya kita berjalan sejauh ini. Dan setelah hari itu, kita selalu berjalan semakin jauh.
Turkey, the second times I brought you with me.
Meski ku tau koper itu hanya akan cukup untuk menampung beberapa helai pakain selama 2 minggu, aku tetap menjadikanmu prioritas. Aku ingin mengajakmu ke salah satu negara yang sangat aku sukai setelah Indonesia. Setelah itu, kita sama-sama tahu bagaimana Turkey menyihir kita bukan? Semoga saja kamu tidak akan pernah melupakan rasanya.
France, tepat di saat musim gugur tiba. Oktober 2013. You knew exactly about this month, don't you? Disaat itulah aku membawamu untuk melihat kota Paris, melihat Eiffel tower, melihat kota yang selalu mereka sebut dengan "kota cinta".
Kamu tahu, I found nothing out there. Meski sesak gempita kota yang bermandikan cahaya lampu di berbagai sudutnya, aku masih tidak bisa menemukan apa-apa. Kamu tidak benar-benar ada di sini, meski kamu bersamaku. Menghalang angin musim gugur yang begitu tajam menusuk tulang.
Spain, The country that you love so much.
Sudah dipastikan aku tidak akan meniggalkanmu di sudut lemari putih itu. Aku menyimpannya sangat rapi pada ransel biru yang sering kubawa keman-kemana. Tepat sehari sebelum jadwal keberangkatanku terjadi. Sengaja tidak langsung kugunakan. Aku menunggu saat yang tepat. Saat aku telah benar-benar menginjakkan kaki di kotamu. Barcelona.
Hingga masanya tiba, aku membawamu untuk mengelilingi kota itu. Mengelilingi Camp Nou. Menjadi teman perjalanan di saat rasa lelah dan kesepian itu bercampur menjadi satu.
Dan lagi, kamu ada di sana meski tidak bersamaku. Semoga saja ingatanmu akan hal ini begitu kuat mengakar. Sama seperti sebuah gambar yang aku abadikan.
Morocco, the last country for us to travel together. But as we knew, this is the first country that we touch down in Africa. Sound crazy right?
Tapi itulah kita. Mengembara jauh melintasi benua. Hal yang dulunya tidak pernah terfikirkan untuk bisa kulakukan.
Sekarang, setidaknya kamu tahu bagaimana kita berjalan. Kamu mengerti bahwasanya sejauh apapun kita melangkah, kita pasti akan tetap mencari cara untuk kembali pulang.
Kecuali jika kamu telah lelah. Jika kamu telah bosan berjalan. Atau jika aku yang justru memilih untuk membiarkanmu berjalan tanpaku lagi.
Semoga saja kita masih bisa menjadi teman berjalan yang baik.
Dank u wel :)
Comments
Post a Comment