Is it Halloween?
The last day in October.
Entah aku yang salah lihat, atau memang tulisan pada sebuah baleho berlatar hitam itu benar-benar ada. Aku melintasi lampu merah di salah satu jalanan sudut kota Matahari. Terik matahari siang tadi rasanya menyentak ubun-ubun hingga ke otak. Mudah-mudahan saja pola pikirku masih waras. Tidak mungkin perayaan seperti itu terjadi di sini. Tapi rasanya mataku masih bisa dengan jelas melihat tulisan-tulisan tadi. Aku juga tidak sedang berhalusinasi karena pengaruh fatamorgana cahaya matahari. Gila. Perayaan pesta Halloween akan berlangsung di sini.
Aku menambah kekuatan laju sepeda motor berwarna hitam yang sedang aku gunakan. Sambil tersenyum dalam hati. Masih memikirkan tentang tulisan tadi. Akupun mengingat-ngingat lagi tanggal hari ini. Iya.. 31 Oktober. Sebagian orang di muka bumi ini mengakui akan adanya perayaan khusus yang jatuh di tanggal ini.
Kami tidak mempersiapkan apa-apa. Kami juga tidak melakukan rutinitas khusus di hari itu. Hanya si nomer dua saja yang sibuk merayu ibunya untuk membeli beberapa hadiah kecil berupa coklat, permen, ataupun buah-buahan untuk menyambut kedatangan "tamu-tamu" khususnya nanti. Ia tidak ingin menjadi tuan rumah yang tidak baik jika teman-teman disekolahnya nanti datang. Apa kata mereka pikirnya. Maka disela-sela kesibukannya tadi, ia menyuruhku untuk menghapal beberapa baris lagu agar aku bisa bernyanyi bersamanya.
"Sint Maarten Sint Maarten
De koein hebben staarten
De meisjes hebben rokjes aan
Daar komt Sint Martinus aan"
Dengan logat yang masih belum jelas, aku mencoba melafalkan kalimat berbahasa Belanda tersebut. Lalu dengan beberapa tawa, ia tetap berusaha agar aku bisa menyanyikanya dengan fasih dan benar. Anak-anak, selalu saja melakukan berbagai cara agar apa yang diinginkannya terwujud. Daaan... Fiola. Sebelum petang tiba, kami sudah bernyanyi beberapa kali meski lirikan aneh dan senyum kecil hadir dari sela-sela bibir si bujang di rumah itu.
Wow Nia, you can sing that song ! Ready for the Sint Maarten day? or You wanna join the kids tonight?
Emak terlihat sedikit terkejut melihatku bernyanyi bersama anaknya, meski raut wajah dan tawa itu menunjukkan kegembiraan atas pertunjukan yang kami berdua lakukan.
Aku ikut tertawa. Kami semua tertawa.
Not really. just a little preparation for welcomes the guest, ma'am. Aku menimpali pertanyaan tersebut.
Malamnya, sesuai dengan budaya masyarakat Belanda kebanyakan, bel rumah kami tidak henti-hentinya berdering. Hanya hitungan menit, beberapa anak-anak kecil dengan kostum ajaib mereka dan sebuah lampu hias yang digantungkan pada sebuah tali datang silih berganti, menyanyikan lagu serupa seperti apa yang juga kupelajari sebelumnya di depan pintu. Setelah selesai, maka aku harus memberinya imbalan berupa hadiah yang telah disiapkan. Meski hawa musim gugur kala itu cukup menusuk hingga ke kulit, semangat anak-anak tadi tidak juga surut. Terbukti dengan terjaganya aku hingga pukul 22.00 malam untuk membukakan pintu dan mendengarkan mereka bernyanyi.
Mungkin sedikit aneh bagi mereka saat mengetahui bahwa yang membukakan pintu adalah seorang gadis dengan atribut jilbab di kepalanya. Are they wrong? I hope they haven't thinking about that.
That was a tradition, and I stand as a part of them. even though I never did and believed before, I appreciate about what they did :)
Itu cerita satu tahun lalu. Tepat di tanggal yang sama dengan hari ini. Hari yang sebagian orang mempercayainya sebagai peringatan Halloween.
Lalu aku kembali memikirkan tulisan tadi. Sadarkah mereka dengan apa yang akan mereka lakukan? Tahukah mereka dengan asal muasal perayaan Halloween? Sudah membuka matakah mereka terhadap tempat yang saat ini tengah mereka huni? Dimana? Lingkungan seperti apa? Budaya yang bagaimana? Tentu saja hal ini perlu menjadi patokan yang kembali harus dilihat. Terlebih lagi jika yang ikut merayakan adalah teman-teman sesama muslim. *istighfar istighfar
Entah aku yang salah lihat, atau memang tulisan pada sebuah baleho berlatar hitam itu benar-benar ada. Aku melintasi lampu merah di salah satu jalanan sudut kota Matahari. Terik matahari siang tadi rasanya menyentak ubun-ubun hingga ke otak. Mudah-mudahan saja pola pikirku masih waras. Tidak mungkin perayaan seperti itu terjadi di sini. Tapi rasanya mataku masih bisa dengan jelas melihat tulisan-tulisan tadi. Aku juga tidak sedang berhalusinasi karena pengaruh fatamorgana cahaya matahari. Gila. Perayaan pesta Halloween akan berlangsung di sini.
Aku menambah kekuatan laju sepeda motor berwarna hitam yang sedang aku gunakan. Sambil tersenyum dalam hati. Masih memikirkan tentang tulisan tadi. Akupun mengingat-ngingat lagi tanggal hari ini. Iya.. 31 Oktober. Sebagian orang di muka bumi ini mengakui akan adanya perayaan khusus yang jatuh di tanggal ini.
Kami tidak mempersiapkan apa-apa. Kami juga tidak melakukan rutinitas khusus di hari itu. Hanya si nomer dua saja yang sibuk merayu ibunya untuk membeli beberapa hadiah kecil berupa coklat, permen, ataupun buah-buahan untuk menyambut kedatangan "tamu-tamu" khususnya nanti. Ia tidak ingin menjadi tuan rumah yang tidak baik jika teman-teman disekolahnya nanti datang. Apa kata mereka pikirnya. Maka disela-sela kesibukannya tadi, ia menyuruhku untuk menghapal beberapa baris lagu agar aku bisa bernyanyi bersamanya.
"Sint Maarten Sint Maarten
De koein hebben staarten
De meisjes hebben rokjes aan
Daar komt Sint Martinus aan"
Dengan logat yang masih belum jelas, aku mencoba melafalkan kalimat berbahasa Belanda tersebut. Lalu dengan beberapa tawa, ia tetap berusaha agar aku bisa menyanyikanya dengan fasih dan benar. Anak-anak, selalu saja melakukan berbagai cara agar apa yang diinginkannya terwujud. Daaan... Fiola. Sebelum petang tiba, kami sudah bernyanyi beberapa kali meski lirikan aneh dan senyum kecil hadir dari sela-sela bibir si bujang di rumah itu.
Wow Nia, you can sing that song ! Ready for the Sint Maarten day? or You wanna join the kids tonight?
Emak terlihat sedikit terkejut melihatku bernyanyi bersama anaknya, meski raut wajah dan tawa itu menunjukkan kegembiraan atas pertunjukan yang kami berdua lakukan.
Aku ikut tertawa. Kami semua tertawa.
Not really. just a little preparation for welcomes the guest, ma'am. Aku menimpali pertanyaan tersebut.
Malamnya, sesuai dengan budaya masyarakat Belanda kebanyakan, bel rumah kami tidak henti-hentinya berdering. Hanya hitungan menit, beberapa anak-anak kecil dengan kostum ajaib mereka dan sebuah lampu hias yang digantungkan pada sebuah tali datang silih berganti, menyanyikan lagu serupa seperti apa yang juga kupelajari sebelumnya di depan pintu. Setelah selesai, maka aku harus memberinya imbalan berupa hadiah yang telah disiapkan. Meski hawa musim gugur kala itu cukup menusuk hingga ke kulit, semangat anak-anak tadi tidak juga surut. Terbukti dengan terjaganya aku hingga pukul 22.00 malam untuk membukakan pintu dan mendengarkan mereka bernyanyi.
Mungkin sedikit aneh bagi mereka saat mengetahui bahwa yang membukakan pintu adalah seorang gadis dengan atribut jilbab di kepalanya. Are they wrong? I hope they haven't thinking about that.
That was a tradition, and I stand as a part of them. even though I never did and believed before, I appreciate about what they did :)
Itu cerita satu tahun lalu. Tepat di tanggal yang sama dengan hari ini. Hari yang sebagian orang mempercayainya sebagai peringatan Halloween.
Lalu aku kembali memikirkan tulisan tadi. Sadarkah mereka dengan apa yang akan mereka lakukan? Tahukah mereka dengan asal muasal perayaan Halloween? Sudah membuka matakah mereka terhadap tempat yang saat ini tengah mereka huni? Dimana? Lingkungan seperti apa? Budaya yang bagaimana? Tentu saja hal ini perlu menjadi patokan yang kembali harus dilihat. Terlebih lagi jika yang ikut merayakan adalah teman-teman sesama muslim. *istighfar istighfar
Mengintip dari apa yang dijalaskan oleh mbah google kita dalam Wikipedia, arti Halloween sendiri sebenarnya adalah "tradisi perayaan malam tanggal 31 Oktober, dan terutama dirayakan di Amerika Serikat. Tradisi ini berasal dari Irlandia, dan dibawa oleh orang Irlandia yang beremigrasi ke Amerika Utara. Halloween dirayakan anak-anak dengan memakai kostum seram, dan berkeliling dari pintu ke pintu rumah tetangga meminta permen atau cokelat sambil berkata "Trick or treat!" Ucapan tersebut adalah semacam "ancaman" yang berarti "Beri kami (permen) atau kami jahili." Di zaman sekarang, anak-anak biasanya tidak lagi menjahili rumah orang yang tidak memberi apa-apa. Sebagian anak-anak masih menjahili rumah orang yang pelit dengan cara menghiasi pohon di depan rumah mereka dengan tisu toilet atau menulisi jendela dengan sabun"
Naaaaah...... ngerti kan apa sebenarnya Halloween itu? Siapa sih yang sebenarnya merayakan perayaan itu? Terus apa iya di budaya Timur kita ini punya perayaan semacam itu?
Think often before you make a mess and wrong. Kecuali jika kita "terpaksa" secara tidak langsung oleh keadaan yang mengatasnamakan keharmonisan atau tenggang rasa. Contohnya, saat kita tiba-tiba terjebak hidup di daratan benua Amerika atau Eropa. Itupun harus diingat lagi, yang harus kita garisbawahi dengan tebal adalah, kita hanya menghargai, bukan ikut merayakan.
Semoga saja siapapun yang membaca tulisan ini nantinya tidak salah kaprah dalam mengartikan arti dari tanggal 31 Oktober di setiap tahunnya. Amiiin.
Selamat menikmati tanggal akhir di bulan Oktober semuanyaaaaaaaaaaaaaa ^^
Comments
Post a Comment