Hesitation
Teruntuk kebimbangan yang terkadang masih saja bertandang.
Kata orang, menjadi pribadi yang penuh keraguan adalah hal yang paling menyulitkan. Seringkali kita dibuat goyang akan keputusan apa yang akan dilakukan. Terus berjalankah? Berhenti sejenak? atau tidak sama sekali.
Aku ingin bercerita tentang sebuah kisah yang dialami oleh salah seorang makhluk Allah ini. Sebut saja ia Fulan. Seorang yang masih sering terjebak dalam lingkaran perasaannya.
Memang kejam, jika harus berbicara soal hati, aku sendiri tidak pernah berani untuk membeberkannya begitu saja, apalagi dengan orang yang belum benar-benar ku kenal dengan baik siapa dia dan bagaimana orang tersebut bersikap. Amanahkah dia? Benarkah aku telah berbagi dengan orang yang tepat? Karena sejatinya penjaga rahasia yang baik hanyalah Allah SWT semata. Tempat terbaik untuk menumpahkan segala keluh kesah dan bercerita.
Masalah si Fulan ini sebenarnya cukup menyita pikiranku. Bagimana tidak, dia menanyakan solusi kepada seorang yang 'kurang' berpengalaman akan hal semacam ini.
"Jika kamu telah memutuskan untuk tidak berpacaran sebelum menikah, dan kamu belum terlalu siap untuk itu (menikah), namun di sisi lain sebagai manusia kamu memerlukan orang yang bisa menjadi 'teman' berjalan dalam hidup, apa yang seharusnya kamu lakukan?"
Bingung?
Sama. Seperti itulah yang aku rasakan saat harus menjawab pertanyaan seperti ini.
Sebagai seorang teman, aku haruslah bisa berlaku adil atas jawaban yang akan aku berikan. Sudah benarkah apa yang akan aku katakan nanti? sudah menjadi saran terbaikkah apa yang akan aku berikan kepadanya?. Jangankan menasehati orang lain, Aku sendiri saja sejujurnya masih memerlukan banyak nasihat dan juga bimbingan. (semoga Allah tidak pernah lelah untuk terus membimbingku dalam hal ini).
Memang, bicara saja itu mudah. Aku cukup paham akan konsep ini. Tapi tindakan nyatanya?
Mungkin aku memang bukan penasihat yang baik. Aku juga bukanlah guru hidup yang berpengalaman dalam menghadapi masalah seperti ini. Bagaimana bisa aku menghakimi begitu saja masalah yang dihadapi oleh si Fulan, jika pada kenyataannya aku sendiri masih terlalu lemah mencerna hidup.
Itulah sebabnya mengapa aku menulis. Tentang apa saja yang menginspirasi dari setiap hasil yang pada akhirnya bisa dibaca.
Jika ada yang bertanya apa yang aku tulis? maka sejatinya aku sendiri sedang mencari jawaban.
Tentang keraguan, kecintaan, kesedihan, kebahagian, dan berbagai perasaan yang terkadang harus dicerna oleh kata-kata.
Bisakah kau menjawab pertanyaan seperti ini?
Kata orang, menjadi pribadi yang penuh keraguan adalah hal yang paling menyulitkan. Seringkali kita dibuat goyang akan keputusan apa yang akan dilakukan. Terus berjalankah? Berhenti sejenak? atau tidak sama sekali.
Aku ingin bercerita tentang sebuah kisah yang dialami oleh salah seorang makhluk Allah ini. Sebut saja ia Fulan. Seorang yang masih sering terjebak dalam lingkaran perasaannya.
Memang kejam, jika harus berbicara soal hati, aku sendiri tidak pernah berani untuk membeberkannya begitu saja, apalagi dengan orang yang belum benar-benar ku kenal dengan baik siapa dia dan bagaimana orang tersebut bersikap. Amanahkah dia? Benarkah aku telah berbagi dengan orang yang tepat? Karena sejatinya penjaga rahasia yang baik hanyalah Allah SWT semata. Tempat terbaik untuk menumpahkan segala keluh kesah dan bercerita.
Masalah si Fulan ini sebenarnya cukup menyita pikiranku. Bagimana tidak, dia menanyakan solusi kepada seorang yang 'kurang' berpengalaman akan hal semacam ini.
"Jika kamu telah memutuskan untuk tidak berpacaran sebelum menikah, dan kamu belum terlalu siap untuk itu (menikah), namun di sisi lain sebagai manusia kamu memerlukan orang yang bisa menjadi 'teman' berjalan dalam hidup, apa yang seharusnya kamu lakukan?"
Bingung?
Sama. Seperti itulah yang aku rasakan saat harus menjawab pertanyaan seperti ini.
Sebagai seorang teman, aku haruslah bisa berlaku adil atas jawaban yang akan aku berikan. Sudah benarkah apa yang akan aku katakan nanti? sudah menjadi saran terbaikkah apa yang akan aku berikan kepadanya?. Jangankan menasehati orang lain, Aku sendiri saja sejujurnya masih memerlukan banyak nasihat dan juga bimbingan. (semoga Allah tidak pernah lelah untuk terus membimbingku dalam hal ini).
Memang, bicara saja itu mudah. Aku cukup paham akan konsep ini. Tapi tindakan nyatanya?
Mungkin aku memang bukan penasihat yang baik. Aku juga bukanlah guru hidup yang berpengalaman dalam menghadapi masalah seperti ini. Bagaimana bisa aku menghakimi begitu saja masalah yang dihadapi oleh si Fulan, jika pada kenyataannya aku sendiri masih terlalu lemah mencerna hidup.
Itulah sebabnya mengapa aku menulis. Tentang apa saja yang menginspirasi dari setiap hasil yang pada akhirnya bisa dibaca.
Jika ada yang bertanya apa yang aku tulis? maka sejatinya aku sendiri sedang mencari jawaban.
Tentang keraguan, kecintaan, kesedihan, kebahagian, dan berbagai perasaan yang terkadang harus dicerna oleh kata-kata.
Bisakah kau menjawab pertanyaan seperti ini?
Comments
Post a Comment